Sabtu, 31 Agustus 2019

KH. Qusyairi Utsman, Sang Guru Yang Majdub


KH. Qusyairi Utsman, Sang Guru Yang Majdub

Oleh: Dr. Muhammad Saeful Kurniawan, S.Pd., M.Pd.


Dalam interaksi sosial acapkali kita di suguhi istilah-istilah yang mempunyai hubungan erat (korelasi) dengan kewalian (kekasih Allah), biasanya orang yang mempunyai kelebihan diatas rata-rata (khoriqun li al-'adati) seperti tidak bisa di bacok, dilempar ke air tidak basah kuyup, dan mampu membaca pikiran orang lain yang menyebabkan orang yang melihat dan menyaksikannya terkagum-kagum serta takjub, maka mereka menyebutnya gelar "Wali".

Secara etimologi pengertian wali majdub terdiri dari dua kosakata dalam grametika Arab yaitu 'wali' dan 'majdub' dan pada definisi ini penulis mencoba menyuguhkan penjelasan masing-masing kata, yaitu;

Pertama, wali. Wali secara bahasa berasal dari kata bahasa Arab yang artinya pelindung dan kekasih.

Kedua, majdub. Majdub adalah isim ma'ul dari kata jadzba yang artinya adalah tertarik.

Artinya wali majdub merupakan salah satu tingkatan wali yang memiliki sifat jadzb. Istilah jadzb ini mungkin bagi sebagian orang yang belum mengetahui dunia ilmu tasawwuf masih sangat asing sekali. Sifat jadzb dalam kesehariannya acapkali berbeda dengan yang lain yang terkadang cenderung seperti orang kehilangan akal sehatnya. Majdub berarti tertarik, terhisap dan tenggelam dalam keasyikan pada suatu hal.

Misalnya, pengantin baru yang menikmati malam pertamanya yang sampai lupa waktu dan makan karena bersama kekasihnya dalam kamar, maka ia di namakan "Majdzubuzzaujah". Penulis juga pernah dituntut oleh promotor dengan deadline waktu tertentu agar tulisan disertasi segera selesai, penulis berusaha secara totalitas menyelesaikannya selama satu bulan setengah tanpa henti dan keluar rumah hanya mengetik dan mengedit tulisan di depan laptop karena asyik dan larut dalam penulisan disertasi. Maka penulis di sebut juga  "Majdzubul'ilmi".

Demikian juga ada komunitas orang yang lupa dengan urusan duniawi karena terlena dengan asyiknya bermesraan dengan Tuhannya, maka ia juga di sebut "Majdzuburrahman".

Imam al-Syaukani dalam karya monumental nya 'Fathu al-Qodir' memberikan statemen bahwa yang di namakan wali hamba-Nya yang senantiasa dekat dengan Allah SWT. Jadi secara terminologi wali yang bentuk pluralnya 'awliya' adalah orang-orang yang mengetahui Allah dan sifat-sifat-Nya (al-'arif billahi wa sifarihi)yang berjalan dalam ketaatan yang konstan, menghindari kekerasan dan membebaskan pikirannya dari belenggu dan lingkungan kesenangan materi dan nafsu seksual.

Merujuk definisi di atas, jika ada oknum yang mengaku wali namun prilakunya bertentangan dengan ketentuan hukum syariah misalnya, sering mengadu ayam, mengoleksi isteri tanpa tanggung jawab dan pelanggaran Syariah lainnya tentu itu bukan seorang wali namun oknum yang mengaku wali.

KH. Qusyairi Utsman adalah putera pertama KH. Utsman pendiri pondok pesantren al-Utsmani Beddian Jambesari Bondowoso dari isteri ketiga ibu Nyai Hj. Rusana. Memang, sejak kecil sosok KH. Qusyairi Utsman yang populer dengan sebutan Ra Qusyairi itu memang sudah tampil beda dengan saudara-saudaranya lain, pasalnya pada suatu hari Ra Qusyairi di cari oleh ayah (aba)nya untuk mengaji dan sholat berjamaah di masjid, namun beliau tidak kelihatan diantara putera-puteranya yang lain. Sontak saja, ayahnya marah sekali lalu kemudian di cari kemana-kemana akhirnya ketemu bersembunyi di dalam satu tempat. Tanpa pikir panjang sang ayah menyeretnya dan melemparkannya ke kolam. Ternyata, Ra Qusyairi hilang dan membuat sang ayah ketar-ketir takut terjadi sesuatu yang menimpanya. Setelah ditunggu beberapa lama, akhirnya beliau kelihatan dan tidak basah sama sekali. Nah sejak itu, ayahnya tidak terlalu ketat dan disiplin dalam mendidiknya karena beliau di ketahui mempunyai sifat kewalian dalam dirinya.

Sejauh penulis ketahui, beliau jarang pakai baju namun hanya pakai sarung saja, itupun tidak rapi seperti biasanya.

Pada suatu malam sekitar jam dua dini hari, beliau membaca sholawat sesekali memanggil nama Nabi Muhammad SAW sambil tawaf mengelilingi masjid pesantren. Tiba-tiba beliau menghampiri penulis yang sedang belajar di serambi asrama 'Taruna' sebelah selatan masjid,

"Dik, ngakungi obeng? Khuleh nginjema." artinya, Adik, punya uang? saya mau pinjam. Tanyanya. "Abdinah tak ngakungi obeng" artinya, saya tidak punya uang sama sekali. Jawab penulis penuh dengan kekhwatiran. "Oh...sanikah, mak nispah khi Mon tak andik obeng." Artinya, oh begitu, begini ya rasanya kalau tidak punya uang. Tandasnya sambil beranjak pergi dan melanjutkan bacaan sholawat dengan penuh penghayatan.

Padahal memang pada waktu itu, penulis tidak punya uang sama sekali karena terlambat kiriman.

KH. Qusyairi juga yang menggagas pertama kali merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW. dengan menyembelih ribuan kambing dan ratusan sapi semuanya di masak dengan menu yang beraneka ragam, beliau sambil memberikan statemen,

" Merayakan hari kelahiran nabi Muhammad SAW harus totalitas". Tandasnya sambil melakukan inspeksi mendadak ke semua dapur agar semua masakan di sajikan untuk perayaan maulid tanpa harus ada sisa.

Subhanallah, animo masyarakat sangat tinggi sekali untuk menghadiri acara tersebut sampai mencapai puluhan ribu undangan yang hadir dari berbagai penjuru kota, kendatipun acaranya di mulai jam satu dini hari selesai jam empat subuh. Setelah selesai sholat subuh berjemaah dilanjutkan dengan tausiah tentang sejarah perjalanan hidup nabi Muhammad SAW mulai lahir sampai wafatnya (Sirah Nabawi).

Sebagaimana sabda nabi Muhammad SAW

"Barangsiapa yang mengagungkan dan merayakan kelahiran ku, maka kelak di hari kiamat aku akan memberikan syafaat kepadanya."

Pada kejadian yang lain, suatu hari beliau membawa mobil keluarga warna kuning di tengah perjalanan kehabisan bensin, tiba-tiba beliau mengambil air dan memasukkan ke Tanki mobil, subhanallah mobil yang ditumpanginya bisa berjalan lagi.

Imam al-Hakim berkata, karakteristik wali diantaranya,

Pertama, dengan melihatnya akan mengingatkan kepada Allah SWT.

Kedua, mempunyai argumentasi yang benar (Haq) sehingga tidak seorangpun yang bisa menunjukkannya.

Ketiga, mempunyai firasat ilahi.

Keempat, mempunyai ilham.

Kelima, barangsiapa yang menyakitinya maka Allah yang akan membalasnya.

Keenam, doanya selalu di ijabah oleh Allah SWT.

Ketujuh, selalu melakukan kebaikan kepada orang lain. Artinya tidak saja menjadi orang baik (Sholih) tetapi juga mempunyai kontribusi kepada orang lain (Sholih sosial).

Penulis mendapatkan informasi dari kandidat doktor Kholid Batsal, ia menuturkan,

"Saya melihat orang tidak pakai baju secara rutin membagi-bagikan beras kepada fakir miskin di masjid agung at-Taqwa Bondowoso, setelah saya tanyakan ternyata beliau adalah KH. Qusyairi Utsman pengasuh pondok pesantren al-Utsmani Beddian Bondowoso." Tandasnya dikediamannya. Setiap panen beliau menyisihkan berapa kwintal beras untuk di bagikan dan disalurkan kepada warga sekitar yang tidak mampu.

Artinya wali Allah SWT itu berbagi kepada orang lain, bukan mengeksploitasi milik orang lain untuk kebutuhan dirinya.

Di samping itu, wali itu acapkali menutupi kesholihannya dengan tidak memakai baju dan berprilaku seperti orang gila, sebagaimana sabda nabi Muhammad SAW ;

" Barangkali orang yang berpakaian rombeng dan Kumal yang di usir-usir di pintu-pintu rumah itu, bila bersumpah dan berdoa kepada Allah SWT Dia segera mengabulkannya." (HR.Muslim)

KH. Qusyairi Utsman, jarang memakai baju dan sering nongkrong di penjual bakso depan pesantren sehingga orang yang tidak mengenalnya menyangka orang gila. Hemat penulis, mungkin tujuannya agar tidak di agung-agungkan oleh orang lain untuk menyembunyikan kewaliannya.

Penulis baru mengerti mengapa KH.Qusyairi Utsman selama ini tidak mau menerima tamu dan menerima sedekah (cabisan) setidaknya ada dua alasan,

Pertama, beliau ingin menyembunyikan ke waliannya, pasalnya setiap ada tamu yang menemuinya beliau langsung menjerit karena bisa melihat aib dan dosanya.

Kedua, tidak mau membebani orang lain dengan memberikan sedekah (cabisan)kepada beliau, pasalnya mereka lebih butuh dari beliau. Berbeda dengan yang lain acapkali cabisan dijadikan mata pencaharian sehari-hari karena tidak punya skill untuk mencari Riski yang lain.

Semoga dengan adanya tulisan sederhana diatas kita mampu menyikapi dengan bijak terhadap orang yang berbeda dengan yang lain bisa jadi orang yang bersangkutan termasuk kekasih Allah SWT (Min awliyaillahi).


Bondowoso, 31 Agustus 2019

KH. Utsman, Sang Singa Pesantren.


KH. Utsman, Sang Singa Pesantren.

Oleh: Dr. Muhammad Saeful Kurniawan, S.Pd., M.Pd.I


Dusun Beddian awalnya hutan belantara yang dihuni binatang-binatang buas, yang membentang dari gunung Raung. Hutan belantara tersebut dikenal sangat angker dan menyeramkan, karena disamping dihuni oleh binatang buas, juga dihuni oleh mahluk halus atau dedemit. Pada saat itu, warga tidak ada yang berani memasuki hutan tersebut.

Pada tahun 1934 Masehi,  Masudin yang populer dengan sebutan KH. Utsman bin Jumadi setelah pulang dari rihlah ilmiahnya yang dibantu oleh adik-adiknya, KH. Umar dan KH. Mawardi serta santri-santri yang menyertainya dari pesantren al-Wafa Tempurejo Jember, membabat dan merambah hutan tersebut untuk didirikan sebuah pesantren dan perkampungan.

Upaya Masudin akhirnya terwujud dengan berdirinya pesantren kecil yang terdiri dari beberapa gubuk saja yang difungsikan sebagai rumah, musholla, asrama, dan padepokan pencak silat.

Sejak tahun 1934 masehi, pesantren kecil tersebut mulai ada perubahan dan perkembangan pasalnya santrinya berdatangan dari segala penjuru Nusantara. Oleh sebab itu, tahun tersebut ditetapkan sebagai tahun berdirinya pondok pesantren al-Utsmani.

Kemudian hutan tersebut disulap menjadi areal pertanian seperti ladang, kebun, dan tanah produktif lainya. Sehingga mempunyai implikasi positif bagi warga sekitar yang menjadi mediasi hubungan harmonis antara KH. Utsman dan penduduk sekitar serta saling berpartisipasi (simbiosis mutualisme) dalam pengembangan daerah tersebut.

KH.Utsman, disamping mengajarkan ilmu agama, beliau pun mengajar dan melatih para pemuda desa ilmu bela diri dalam rangka bekal menghadapi penjajah Belanda, sehingga lambat laun nama Masudin cepat terkenal hingga keluar daerah, dalam waktu singkat jumlah (kuantitas) santri semakin hari semakin bertambah.

Pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, pondok pesantren al-Utsmani tidak hanya fokus kepada pengembangan institusi pendidikan saja, akan tetapi juga berkonsentrasi memberikan pelatihan bela diri kepada tunas mudanya dalam melawan penjajah Belanda sehingga pondok pesantren al-Utsmani menjadi sentral dan markas penyusunan strategi melawan penjajah Belanda dan Jepang.

Masudin kecil lahir di dusun Beddian pada tahun 1895 Masehi, setelah tumbuh remaja, orang tuanya mengirim ke dusun Dekon Kejawan untuk belajar ilmu agama. Setelah itu, beliau melanjutkan studi ilmiahnya di pesantren Banyuanyar Madura sambil menemani putera KH. Abdul Muin.

Berselang kemudian, Masudin melanjutkan studinya di pesantren Sidogiri Pasuruan yang diasuh oleh KH. Nawawie sesekali sambil tabarrukan di pondok pesantren Buduran Panji Sidoarjo yang diasuh oleh KH. Khozin.

Di pondok pesantren Sidogiri Masudin menjadi khodam yang tugas utamanya mengisi air dikamar mandi seluruh pesantren. Kendati demikian, Masudin juga fokus dan rajin belajar kitab-kitab mu'tabarah selama sebelas bulan tanpa henti dan tanpa keluar kamar (uzlah). Pantas, jika ada masalah (muskilah) hukum, pengasuh pesantren Sidogiri mempercayakan kepada Masudin untuk menjawabnya.

Penulis diceritakan oleh salah seorang dari Koncer Darul Aman bapak Soebahar yang menjadi kepercayaan alm. KH.Muis Turmudzi,

"Saya di Suruh oleh kyai Muis mengantarkan sepucuk surat dari Mekah untuk KH. Utsman" tandasnya. "Isinya tentang apa" tanya penulis penasaran. "Tidak tahu juga, namun setelah surat tersebut saya serahkan kepada KH. Utsman, beliau menjerit histeris" jawabnya.

Pada tahun 1930 Masehi beliau mendampingi putera guru KH. Abdul Aziz yang populer dengan sebutan KH.Ali Wafa putera sulung KH. Abdul Hamid bin Ishaq berpetualang dan mendirikan pondok pesantren al-Wafa Tempurejo Jember. Disana KH. Utsman dengan tulusnya mendampingi perjuangan gurunya dari berbagai aral melintang yang menghambat jihad ilmunya. Pada suatu hari, penulis mendapatkan informasi tentang keberanian KH. Utsman dari teman dekatnya yang bernama KH. Abdul Azis Pekalangan Bondowoso.

"Dulu Tempurejo, sering diganggu oleh nenek sihir yang menjelma macan jadi-jadian ketika malam hari, ia kerap kali mengganggu ketenangan santri, namun ketika dipanggilkan nama "KH. Utsman" nenek sihir tersebut ketakutan dan lari tunggang langgang." Tandasnya dengan penuh keseriusan. Sejak kejadian itu, KH. Utsman di juluki Singa Pesantren oleh rekan-rekannya.

Pada waktu yang lain, penulis mendapatkan cerita dari santri kesayangannya alm. KH. Abdurrahman Pringgodani,

"KH.Utsman, pernah bersilaturahim ke bapak saya di Pringgodani Jember kebetulan yang mendampinginya saya sendiri, jam sudah menunjukkan jam 5 sore, kyai bilang, 'ayo kita pulang saja, usahakan sholat Maghrib berjamaah di pondok saja, ikuti saya dari belakang tidak boleh tolah-toleh ya...'subhanallah, kami berdua tiba di pondok menjelang adzan sholat maghrib padahal, menurut hitungan akal, perjalanan dari  Pringgodani menuju pondok pesantren al-Utmani Beddian akan memakan waktu kurang lebih 4-5 jam perjalanan karena kita berjalan kaki."Terangnya sambil menyuguhkan secangkir kopi kepada penulis di kediamannya. Artinya, beliau bisa melipat waktu dengan cepat tanpa bisa di nalar oleh rasio orang kebanyakan, karena hal itu memang anugerah khusus dari Allah SWT. kepada hamba-Nya yang Sholih (Hadza min Fadli Rabbiy).

Penulis juga diceritakan oleh mbah Mun salah satu tokoh di Prajekan,

"KH. Utsman, pernah di undang ngisi pengajian di daerah Prajekan, tiba-tiba lokasi pengajian tersebut dilempari batu oleh orang tidak dikenal. Kyai Utsman meminta jamaah jangan panik, dan minta jamaah baca surat alfatihah satu kali, nanti kalau ada yang jerit-jerit berarti ia pelakunya." Terangnya dirumah penulis. "Tiba-tiba ada orang tergopoh-gopoh sambil menjerit histeris minta maaf" lanjutnya.

Hikmah dari tulisan diatas bisa menjadi referensi bagi para pembaca Budiman terutama para santrinya, agar tidak patah semangat mencari ilmu sebagai mana sabda Nabi Muhammad SAW.

"Tuntutlah ilmu, mulai dari buaian ibu sampai masuk ke liang lahat."

Ilmu didapat dengan jerih payah bukan diperoleh dari garis keturunan secara gratis. Ilmu butuh kesungguhan dan ketekunan, sebagaimana yang dikatakan oleh ahli hikmah,

"Al-Ilmu bi al-ta'ab, laa bi al-nasab."

Artinya, ilmu itu bisa diperoleh dengan usaha maksimal, bukan diperoleh dari garis keturunan.


Bondowoso, 31 Agustus 2019

Kamis, 29 Agustus 2019

Pengantin Al-Qur'an




Esensi Pengantin dalam Al-Qur'an

Oleh: Dr. Saeful Kurniawan, S.Pd., M.Pd.I

Pernikahan adalah fitrah manusia. Keterikatan dua insan yang berbeda yaitu antara laki-laki dan perempuan, merupakan kebutuhan dasar setiap orang yang bersifat naluriah. Bahkan lebih dari itu, ia bisa juga menjadi kebutuhan bagi kesempurnaan hidup manusia.

Dalam perspektif Islam, pernikahan merupakan sunnah nabi Muhammad saw. dan anjuran bagi mereka yang sudah mampu menjalaninya. Allah SWT. memerintahkan kepada semua orang tua untuk mendukung dan menghalang-halangi pernikan putera-puterinya, dan jangan terlalu mempertimbangkan soal properti dan materi calon pasangannya. Namun, pada saat yang sama Allah SWT. memerintahkan mereka juga yang ingin menikah, akan tetapi masih belum mempunyai kemampuan material, untuk menahan diri dan memelihara kesuciannya.

Rasulullah saw. menganjurkan kalangan millenial untuk menikah dengan syarat telah memiliki kemampuan

"Wahai para pemuda, siapa diantara kalian yang telah mampu menikah hendaklah menikahlah, karena yang demikian itu lebih menjaga mata untuk tidak liar dan lebih memelihara kemaluan, dan siapa yang belum mampu menikah , maka hendaklah ia berpuasa (menahan. diri) ķarena yang demikian itu benteng  baginya."(HR.Bukhari Muslim melalui 'Alqamah ra.)

Penulis diundang acara pernikahan di dusun Bedddian dan diberi waktu untuk menyampaikan sekapur sirih kata sambutan dalam acara tersebut, dan yang bertindak sebagai master of cerimony ananda Arif billah, S.Pd. dalam prolog tersebut memberikan statemen sebagai berikut,  yaitu:

"Kedua mempelai mengemis doa barokah para undangan semua, agar menjadi pernikahan ASMARA (assakinah wa mawaddah wa rahmah)."

Pertama, sakinah adalah ketenteraman jiwa setelah merajut cinta suci dalam bingkai pernikahan.

Kedua, mawaddah adalah kelapangan dada dari kekosongan jiwa dari kehendak buruk.

Ketiga, rahmah adalah kondisi psikologis yang muncul di dalam hati akibat menyaksikan ketidakberdayaan, sehingga mendorong yang bersangkutan untuk melakukan pemberdayaan (empowering).





Dalam pernikahan tersebut yang memberikan hikmah pernikahan (religi injektion)  adalah pengasuh pondok pesantren al-Utsmani Beddian KH. Ghazali Utsman, dalam pidatonya beliau menyampaikan statemennya sebagai berikut:

" Pernikahan itu bisa dianalogikan seperti bahtera yang berlayar di lautan, awalnya sangat indah sekali panoramanya yang meliputi hamparan lautan dan pemandangan pegunungan yang menjulang. Namun, ketika bahtera mulai bergerak menuju lautan lepas, maka akan diterpa badai gelombang yang tinggi, kabut yang menggumpal, ombak yang membumbung tinggi. Oleh karena itu, nahkoda perlu strategi jitu dalam menghadapi segala kemungkinan yang terjadi sehingga bisa sampai ke pulau harapan dengan selamat."

Artinya, dalam pernikahan itu ada beberapa fase, pertama fase madu. Semua terasa indah bahkan kentutpun beraroma bak harumnya nangka.
Kedua fase gula, semuanya terasa manis namun, tidak semanis madu.
Ketiga fase cuka, semuanya terasa kecut, apa-apa yang dilakukan oleh keduanya kalau tidak disikapi dengan baik akan bisa menimbulkan riak-riak perselisihan dan pertengkaran.

Maka dalam konteks tersebut, KH. Ghazali memberikan beberapa solusi dan altenatif (azimat) agar pernikahannya menjadi pernikahan yang barokah dan qur'ani.

Pertama, membudaykan membaca al-qur'an kendatipun hanya satu ayat setiap hari menjelang tidur malam. Hal ini, sesuai dengan firman Allah SWT.

"Maka bacalah ayat yang mudah dari al-qur'an."

ini juga diperkuat oleh sabda nabi Muhammad saw.

"Hiasi rumah kalian dengan bacaan al-qur'an."

Kedua, senantiasa beristighfar (minta ampun kepada Allah) agar rumah tangganya diberikan keberkahan oleh Allah. Sebagaimana firman Allah,

"Dan hendaklah kamu memohon ampunan kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya, niscaya Dia akan memberikan kenikmatan yang baik kepadamu sampai waktu yang telah ditentukan."(QS. Hud:3).

Imam as-Suyuthi dalam kitab tafsirnya al-Bayan halaman 221, yang penulis baca mengatakan, orang yang senantiasa beristighfar akan diberikan kehidupan yang sempurna didunia sampai akhir hayatnya.

Diperkuat oleh sabda nabi Muhammad saw,

"Barangsiapa yang tidak pernah membasahi bibirnya dengan istighfar dua kali setiap hari, maka ia sungguh sudah menganiaya (dhalim) kepada dirinya sendiri.

Ketiga, senantiasa membaca sholawat kepada Nabi Muhammad saw. niscaya kehidupannya akan diberikan kemudahan oleh Allah SWT. Sebagaimana sabdanya dalam kitab khazitu al-Asrari yang penulis telaah,

"Barangsiapa yang memperbanyak sholawat kepadaku, niscaya Allah akan menganugerahi kekayaan (ghinaa) yang tidak akan pernah jatuh miskin setelahnya."

Jadi, agar senantiasa pernikahan kita mendapatkan maunah dan inayah serta ridho Allah SWT maka seyogyanya dibangun atas dasar qur'ani.

Bondowoso, 17 Agustus 2019

Mencari Kebahagian, Dengan Membagiakan Orang lain



Mencari Kebahagian,  Dengan Membagiakan Orang lain

Oleh: Dr. Saeful Kurniawan, S.Pd., M.Pd.

Dalam kitab suci al-Qur'an termaktub kosakata yang tepat sekali dalam menggambarkan kebahagian adalah aflaha. Kata tersebut acapkali diawali 'Qad' (yang memiliki arti 'sungguh') sehingga tersusun frase qad aflaha atau sungguh telah berbahagia. Aflaha  adalah fiil madhi mazid dengan tambahan hamzah qotho' yang menjadi kata turunan 'falaha'.

Bagi penulis, perincian makna falah tersebut merupakan komponen-komponen kebahagian. Kebahagian bukan hanya ketenteraman dan kenyamanan saja. Kenyamanan suatu saat saja tidak akan melahirkan kebahagian. Mencapai segala yang ia inginkan tidak mesti menggapai kebahagian. Dan segala asesoris kebendaan tidak paralel dengan kebahagiaan.

Penulis punya murid yang boleh dibilang sukses, pasalnya ia pernah kuliah di Paris Perancis jurusan perminyakan. Setelah ia lulus langsung dikontrak oleh perusahaan kepunyaannya negara Perancis dengan bayaran lima ratus juta rupiah lebih perbulan yang menurut ukuran rata-rata lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Tapi, apa semua properti yang dimiliki bisa membawa kebahagiaan bagi dirinya? jawabnya belum tentu. Pasalnya, ia punya isteri yang selalu membangkang terhadap titahnya, bahkan kepada orang tuanya sehingga membuat hubungan keduanya tidak harmonis.

Pada suatu hari, ia dikhianati oleh isteri tercintanya yang selingkuh dengan pemuda idaman lain (PIL) asal pulau garam Madura sehingga terjadi perceraian.

Ingatkah kita bahwa setiap hari, paling tidak sepuluh kali, muadzin di seluruh dunia Islam menyeru dan meneriakkan 'hayya 'ala al-falah'. Jadi, suara muadzin itu sudah cukup menjadi bukti bahwa agama Islam memanggil umatnya setiap saat untuk meraih kebahagiaan.

Penulis kutipkan ayat-ayat yang memuat kalimat tersebut.

Pertama, Bertaqwalah kepada Allah agar kalian berbahagia. (QS.2.189).

Kedua, Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian makan riba yang berlipat-lipat. Bertakwalah kepada Allah SWT agar kalian bahagia. (QS.3.130).

Ketiga, kenanglah anugerah Allah agar kalian bahagia (QS.7:69).

Keempat, Apabila selesai melaksanakan sholat, menyebarlah dipenjuru bumi. Carilah anugerah Allah dan banyaklah ingat kepada Allah agar kalian bahagia. (QS.62:10).

Ayat-ayat diatas tidak saja menunjukkan bahwa tujuan akhir dari semua perintah Tuhan dan nabi-Nya adalah supaya kalian berbahagia, tetapi juga perincian perbuatan yang bisa membawa kita kebahagian. Di dalam beberapa hadits, membahagiakan orang lain dipandang sebagai amal saleh yang sangat mulia di hadapan Allah SWT.

Penulis kedatangan tamu dari Wringin arak-arak, ia di vonis oleh dokter terkena penyakit batu empedu yang harus di operasi. Namun, sebelum di operasi ia dibawa kepada orang pintar, ia disarankan tidak usah di operasi karena penyakit tersebut bukan termasuk penyakit medis, melainkan penyakit non medis alias terkena sihir. Ia beserta keluarga kerumah penulis untuk di ruqyah namun demikian ia hanya sedikit reaksi, sehingga penulis mengambil kesimpulan penyakitnya adalah medis. Setelah diruqyah, ia penulis anjurkan untuk memakai terapi air hujan sesuai sabda nabi Muhammad saw di dalam kitab khazinatu al-asrari karya imam Haqqi al-Nazili, riwayat Umar bin Khottab ra.

"Barangsiapa yang mengambil air hujan dan dibacakan surah al-fatiha 70 kali, ayat kursi 70 kali, al-Ikhlas 70 kali, al-Falaq 70 kali, dan al-Nas 70 kali. Demi Allah, yang jiwaku ada ada dalam genggaman-Nya, sesungguhnya Jibril datang kepadaku dan memberitahuku, bahwa barang siapa yang minum air tersebut selama tujuh hari berturut-turut menjelang tidur dan bangun tidur, maka Allah SWT akan menghilangkan segala macam penyakitnya, akan menyembuhkan penyakitnya, dan mengangkat penyakitnya yang ada dalam syarafnya, dagingnya, darahnya, tulang belulangnya, dan dari seluruh anggota tubuhnya."

Subhanallah wa alhamdulillah, puterinya yang bernama Melisa kemarin menelfon penulis dan ia mengatakan,

"Assalamualaikum ust., terima kasih. Alhamdulillah berdasarkan hasil lab. ibu saya negatif dari penyakit batu ginjal." tutur puterinya. "alhamdulillah, syafahallah..." jawab penulis. Sungguh menjadi kebahagiaan tersendiri, manakala kita bisa membantu orang lain sesuai dengan kemampuan kita masing-masing.

Penulis juga punya program masak bareng bersama fakir miskin dan orang-orang yang sangat membutuhkan uluran tangan kita, mulai dari desa Prajekan sendiri, Sumberanom, Tarum, Cangkring dan desa-desa yang lain.

Oleh karena itu, ternyata kebahagiaan itu tidak bisa didapatkan ketika kita mendapatkan sesuatu dari orang lain, justeru kebahagian yang sangat besar kita dapatkan, manakala kita bisa memberi dan berbagi dengan orang lain.

Bondowoso, 18 Agustus 2019

Kamis, 15 Agustus 2019

Membangun Kepribadian Unggul, (Personal Excellent)



Membangun Kepribadian Unggul, (Personal Excellent)


Oleh: Dr. Saeful Kurniawan, S.Pd., M.Pd.I


Ketika berbicara pribadi unggul (personal excellent) di negara Cina harus memenuhi tiga kriteria, pertama Shio, artinya ia harus punya umur panjang. Kedua, lok artinya ia harus punya kekuasaan yang tinggi. Keempat, hok artinya ia harus kaya.

Berbeda di Cina, Amerika Serikat mengenal menjadi pribadi yang unggul, manakala ia memenuhi bebetapa syarat yang diistilahkan 3P. P pertama ia harus punya power (kekuatan). P kedua ia harus position (posisi) seperti menjadi manajer dan CEO (Chief Executive Officer) dalam sebuah perusahaan. Dan P ketiga ia harus punya properti artinya mempunya finansial yang memadai.

Di Indonesia lain lagi, orang akan dianggap punya pribadi unggul manakala ia memiliki 3TA. Harta, Tahta, dan Wanita.

Sebagai rasa syukur kita atas anugerah Allah SWT. kepada kita, maka harus melakukan yang namanya the best appearance (penampilan terbaik).Penulis sebagai dosen di STAI di wajibkan oleh pihak kampus memakai baju hem, celana gelap, sepatu, kopyah hitam, dan memakai dasi yang tujuannya disamping bersyukur atas nikmat-Nya juga, memberika kesan yang positif (how to give the first positive impresion).

Tidak cukup hanya penampilannya saja, namun personal excellent diharapkan mempunyai ahsanu qaulan (kata-kata terbaik) atau good statemen.

Sebagaimana sabda nabi Muhammad saw.,

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau lebih baik diam."

Kendati demikian, itu semua masih belum layak dikatakan  berkepribadian unggul manakala masih belum mempunyai sikap terbaik (the best attitude). Ini erat kaitannya dengan akhlak. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw.,

"Saya diutus hanya untuk menyempurnakan kemulian akhlak."

The best attitude itu ada dua indikator, pertama mempunyai positif thingking, artinya punya sikap husnu dzon terhadap sesuatu hal yang terjadi. Penulis kemarin menghadiri pembentukan dan pelantikan panitia pilkades Prajekan Lor namun, tidak terjadi dilantik karena ada beberapa regulasi perekrutan yang belum dipenuhi, penulis merasa enjoy saja hemat penulis mungkin ini skenario Tuhan yang terbaik seandainya terjadi dilantik tidak baik bagi diri penulis.

Kedua, mempunyai sikap pro aktif. Puteri pertama penulis yang bernama Aghisna Najwa Salsabila ditunjuk peserta gerak jalan mewakili sekolahnya untuk dikirim ke kabupaten Bondowoso. Sebagai bentuk pro aktif penulis, semua perlengkapan asesoris kebutuhan lomba gerak jalan penulis penuhi, mulai beli baju seragam, sepatu, topi dan ikat pinggang yang bertuliskan SDN.

Pribadi unggul juga membutuhkan ahsanu amala (The Quality of Action) dan mempunyai prestasi terbaik (The Best Achiement). Artinya pribadi unggul dituntut melakukan suatu pekerjaan outstanding result maksudnya pekerjaan diatas rata-rata.

Tahaddusan bi al-nikmah, sekedar contoh penulis ketika kuliah magister di Universitas Ibrahimy (UNIB) Sukorejo alhamdulillah menjadi wisudawan terbaik dengan yudisium cumlaude. Demikian pula ketika penulis melanjutkan program doktor di pascasarjana Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang dikukuhkan lulus yudisium cumlaude ketika usai ujian promosi doktor oleh ketua sidang Prof. Dr. H. Syamsul Hadi, M.Pd. sambil menyerahkan sertifikat kelulusan kepada penulis.

Selain dari itu, pada tahun 2000 penulis menjadi guru tugas Pesantren al-Utsmani Beddian sebagai syarat kelulusan di Madrasah Diniah al-Hidayah Maskuning Wetan 03 Pujer Bondowoso. Penulis tidak hanya bertugas menjadi pengajar an sich, namun juga dipercaya menjadi penceramah, mc, pembuat akta tanah, pembuat akta kelahiran, pembuat sertifikat tanah, ketua rombongan, dan terakhir dipercaya mendirikan dan menjadi ketua yayasan al-Hidayah yang sudah punya akta notaris, STP Gubernur Jawa Timur. Kendatipun setajatinya tupoksi (tugas pokok dan fungsinya) adalah sebagai guru namun ditengah perjalanan dibutuhkan menjadi beragam profesi yang multi talenta. Tidak heran, jika waktu tugas berakhir penulis diantar pulang sebanya lima ratus orang dan diarak dengan bacaan sholat yang memakai sound system.

Diakhir paragraf ini, penulis hanya ingin menyampaikan closing statemen mudah-mudahan menjadi aset dalam menghadapi problematika hidup.

"You altitude does not depent on your aptitude, but depend on your attitude, so you can make magnitute." Artinya, ketinggian harga diri Anda tidak ditentukan oleh bakat, posisi, jabatan, dan harta anda, tapi terletak pada sikap Anda. Sehingga dengan sikap tersebut, mampu membuat suatu magnitute, perubahan-perubahan yang bermakna dalam kehidupan.


Bondowoso, 12 Agustus 2019

Membangun Keluarga Unggul (Family Excellent)



Membangun Keluarga Unggul, (Family Excellent)

Oleh: Dr. Saeful Kurniawan, S.Pd., M.Pd.I

Prosesi pernikahan penulis dengan isteri melalui ta'aruf (perkenalan) yang di mediasi oleh salah seorang teman yang berlokasi di SDN Pagungan Pujer depan kantor kecamatan. Sebelum proses ta'aruf dilalukan terlebih dahulu kita mengirim biodata masing-masing dengan tulisan data yang sangat lengkap sekali. Artinya, pernikahan kami berdua tidak diawali dengan pacaran atau TTM (teman tapi mesra).

Ketika penulis masih single, belum  berkeinginan menjadi seorang presiden rumah tangga. Hal terpenting yang tertanam dalam benak penulis bukan mempertanyakan seperti sosok siapa calon pendamping penulis, tapi yang penulis pikirkan pertama kali adalah model dan gaya rumah tangga apa yang kita terapkan dimasa depan.

Melalui kesempatan ini, penulis mengajak untuk menerapkan sebuah paradigma baru dengan memulai dengan akhir. Akhir itu adalah harapan dan tujuan dengan istilah dream island (pulau impian).



Dalam pernikahan itu ada beberapa model yang diterapkan,

Pertama, model rumah tangga gaya hotel. Tempat transit, ia bukan tempat tinggal untuk menetap  dalam waktu yang lama. Penulis punya sahabat berprofesi kepala sekolah disalah satu pendidikan swasta di Bondowoso yang sudah menikah. Ia etos kerjanya tinggi sekali pergi jam enam pagi pulang jam sepuluh malam, artinya rumah hanya sebagai tempat untuk menginap, merebahkan diri, makan dan pipis di rumah yang populer disebut 3UR: dapur, kasur, dan sumur. Sehingga isterinya merasa tidak kuat akhirnya ia digugat cerai.

Kedua, model rumah tangga gaya hospital (rumah sakit) rumah tangga yang dibangun atas dasar politik balas jaza. Masing-masing merasa lebih, sehingga tidak akan pernah ketemu dan bersinergi. Suami merasa berjasa kepada isterinya, begitupun sebaliknya.

Penulis punya anggota pengajian di selatan pasar Wonosari, ia sering pulang kerumahnya karena diusir oleh isterinya, pasalnya waktu menikah ia tidak membawa rumah. Astaghfirullah.....

Ketiga, model rumah tangga gaya pasar. Di pasar ada penjual dan pembeli. Pembeli ingin membeli barang semurah mungkin dan penjual ingin menjual barang semahal mungkin. Sipembeli berkata:
"Pokoknya harganya sekian." tawarnya. Sementara si penjual berkata:

"Pokonya harganya sekian.Mau silahkan, tidak mau tidak apa-apa." tandasnya.  Dua-duanya pakai kata pokok. Susah. Tidak ada koma, masing-masing menggunakan titik.

Begitupun dalam rumah tangga, kalau suami mengatakan pokoknya dan isteri menggunakan kata pokoknya, dua-duanya tidak memakai koma, masing-masing pakai titik, maka tidak akan ada lagi kesepakatan.



Penulis punya tetangga di Koncer Kidul, keduanya nyaris terjadi perceraian permanen. Perceraian pertama dipicu masalah sepele sebetulnya, namun dua-duanya pakai titik, akhirnya berakhir perceraian di pengadilan agama, kendatipun keduanya sudah rujuk kembali.

Keempat, model rumah tangga gaya Grave (kuburan).Suasana kuburan biasanya sunyi mencekam, senyap tidak ada suara. Begitupun rumah tangga, sudah puluhan tahun menikah tidak pernah komunikasi, tidak pernah ada kata-kata. Suami isteri tidak pernak bertegur sapa. No communication, no words.

Penulis punya sahabat di Tegal Pasir bertahun-tahun keduanya menikah tidak ada komunikasi dan canda tawa. Sehingga ketika ada persoalan keluarga penulis yang diminta oleh keluarga besarnya untuk menjadi mediator agar rujuk kembali. Alhamdulillah, penulis sudah dua kali mengishlahkan keduanya yang nyaris dua kali akan terjadi perceraian karena keduanya sudah dua kali pisah ranjang.

Kelima, model rumah tangga gaya sekolah (school). Model ini ditandai dengan 3A. Asah, asih, asuh.

Penulis sangat beruntung sekali punya iateri yang sangat mendukung terhadap pendidikan dan karir penulis. Bagaimana tidak? ia bertahun-tahun sabar dan mendukung penulis untuk lanjut studi mulai dari strata satu (S1) di Universitas Wisnuwardhana (UNIDHA) Malang, strata dua (S2) di pascasarjana Universitas Ibrahimy (UNIB) Sukorejo, dan strata tiga (S3) program doktor di pascasarjana Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang. Kurang lebih 10 tahun ia sering ditinggal untuk kuliah di luar kota dan iapun rela jatah belanjanya dikurangi untuk biaya kuliah untuk meraih masa depan yang cemerlang.



Penulis sangat beruntung sekali punya isteri karena ia bisa jadi partner dalam penulisan Disertasi sehingga selesai. Sehingga dalam keluarga kami tidak ada istilah DKI (Di Bawah Ketiak Isteri) atau ISTI (Ikatan Suami Takut Isteri).

Penulis berusaha mengadakan program rihlah keluarga agar terjadi komunikasi yang saling asah, asih, dan asuh sehingga terjadi pertukaran  wawasan, sharing knowledge, dan sharing experience.

Dan keenam, model rumah tangga gaya masjid. Karena masjid model rumah tangga asmara (sakinah mawaddah warahmah). Untuk menjadi model rumah tangga gaya masjid, ada empat hal yang harus diperhatikan,

Pertama, ketulusan (sincerity). keluarga yang dibangun atas dasar ketulusan.

Kedua, Imam dan makmum. Alangkah indahnya jika suami bertindak menjadi imam dan isteri serta anak-anaknya menjadi makmum saling membangun ritme kebersamaan.

Ketiga, loyalitas. Kesetian mutlak harus dimiliki oleh keduanya untuk memperoleh keluarga asmara.

Keempat, sholat diakhiri dengan salam. Ucapan "Assalamu'alaikum" adalah menebarkan kedamaian, ketenangan dan keselamatan.

Kesimpulan dari tulisan diatas, untuk menjadi keluarga unggul, pertama tentukan akhir dalam rumah tangga Anda. Tentukan model rumah tangga Anda. Bangun komitmen bersama untuk meraih keluarga unggul. Seperti yang disabdakan Nabi Muhammad saw.:

" Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari yang terdahulu, maka ia termasuk orang sukses."

Saya yakin Anda ingin sukses, saya pun juga ingin sukses. Untuk menjadi sukses, mari kita sama-sama belajar untuk mengevaluasi diri agar hari ini lebih baik daripada hari kemarin.


Bondowoso, 15 Agustus 2019.

Belajar Kejujuran dari Ibu Asyati



Belajar Kejujuran dari Ibu Asyati

Oleh: Dr. Saeful Kurniawan, S.Pd., M.Pd.U

Seperti lazimnya, setiap  selesai sholat subuh penulis menulis artikel yang kontekstual dengan pengalaman hidup, setelah selesai melakukan rutinitas jurnalistik, penulis beranjak dari tempat duduk menuju sepeda gunung. Setelah berkemas dan mempersiapkan diri, penulis mulai mengayuh sepeda menyusuri jalan menuju arah desa Sempol dan memotong jalan melalui arah jalan pintas. Dimana jalan tersebut penulis melewati jalan setapak di tengah hamparan persawahan yang hijau ranau. Dalam perjalanan tersebut sesekali berhenti sejenak untuk sekedar rehat saja. Setelah itu, penulis melanjutkan perjalanan dengan mengayuh sepeda gunung warna merahnya, yang menjadi sepeda kesayangannya.

Sesampainya di dekat masjid, penulis berhenti sejenak dan mampir disebuah warung kopi milik ibu Asyati. Beliau seorang ibu yang sudah sepuh tapi pantang membebani anak-anaknya. Ia dengan tenaganya yang sudah mulai renta dan ringkih menjual secangkir kopi dan menu makanan sederhana lainya untuk memenuhi kebutuhanya sehari-hari.

Pada saat penulis menikmati secangkir kopi, tiba-tiba dikejutkan dengan seorang laki-laki paruh baya masuk kedalam warung sambil mencari sesuatu.

Melihat gelagat yang tidak biasa dilalukan oleh pengunjung yang lain, ibu Asyati selaku pemilik warung menegurnya dengan suara halus,

"Napeh cong?(ada apa nak?)" tanyanya.
Lelaki tersebut menjawab:

"Pesse tasengsal e ka'entoh buk.(Uang saya ketinggalan disini)" timpalnya.

"Sanapah cong?(berapa nak?)" tanya ibu Asyati lagi.

"Saratos ebuh buk.(seratus ribu ibu)." tuturnya.

"Oh...nikah obengah cong, bhuleh cet adentek thikah.(Oh ini uangnya nak, saya memang menunggu kamu)." sambil ibu Asyati menyodorkan uang kertas senilai seratus ribu rupiah.

Subhanallah....sungguh mulia dan jujur hati ibu Asyati, kendati ia hidup pas pasan namun ia pantang mengambil uang yang memang bukan haknya. Ibu Asyati memang buta huruf tidak bisa baca dan menulis, namun ia mampu membedakan mana yang menjadi haknya, dan mana yang bukan haknya.

Berbeda sekali, dengan pengalaman penulis, waktu itu mau menyetor uang armada Bus Jember Indah di kota Jember untuk mengadakan Tour Wali Songo, tiba-tiba penulis dikejutkan oleh seorang laki-laki yang memakai sarung, jaz, sorban, dan gamis serta asesoris ulama lainnya. Ia memaksa penulis untuk membeli cicinya seharga 5 juta, ia bilang cincin itu dari orang tuanya KH.Muhammad Kholil Bangkalan Madura salah satu ulama besar di pulau jawa yang sudah mengorbitkan ulama besar di Nusantara. Penulis mencoba menolaknya, karena uang yang dipegang penulis kepunyaanya jamaah tour wali songo. Melihat penuli menolak untuk membelinya, ia naik pitam dan marah-marah sambil memgeluarkan sumpah sarapah. Naudzu billah....

Ada juga teman penulis yang jadi korban penipuan oleh salah satu putera mahkota salah satu ulama terkenal. Pasalnya, mereka bermitra dalam bisnis rental mobil mewah, awal berjalan mulus namun ditengah perjalanan mobil-mobil hasil kerjasama tersebut digelapkan oleh oknum putera kyai itu yang menelan kerugian mencapai milyaran rupiah. Akhirnya, teman penulis menghadap dan melaporkan kejadian itu kepada ayah (abi)nya. Orang tua tersebut menanyakan,

"Berapa uang yang sudah diambil anak saya nak?" tanya beliau.

"Sekian milyar kyai..." jawabnya.

"Baik, kirim berapa nomer rekeningnya?nanti saya transfer." tuturnya.

Astaghfirullah, orang tuanya menggantikan uang milyaran rupiah karena ulah anak-anaknya.

Ditempat yang terpisah, saudara penulis punya sepeda motor kemudian dipinjam oleh salah satu putera kyai terkenal namun, tidak kunjung dikembalikan ternyata sepeda itu raib atau hilang karena di jual kepada orang lain.

Hikmah dari cerita diatas, kebenaran bisa datang dari siapa saja termasuk dari seorang ibu Asyati pemilik warung kopi yang mengembalikan uang seratus ribu rupiah yang hilang kepada pemiliknya. Namun, kejahatan bisa juga datang dari orang-orang terhormat yang memakai asesoris ke ulamaan yang dijadikam kedok untuk mengelabuhi korbannya.

Penulis ingat nasehat bang napi di RCTI sebagai berikut:

" Awas hati-hati...kejahatan terjadi bukan karena ada niat dari sang pelaku, namun kejahatan terjadi karena adanya kesempatan Waspadalah....waspadalah...."

Sesuai dengan firman Allah SWT.:

"Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk posturnya, akan tetapi Allah melihat hatinya."

Oleh sebab itu, jangan mudah percaya hanya dengan melihat penampilan yang memukau, bisa jadi ia akan menipumu. Sebaliknya, jangan menganggap hina dan remeh temeh terhadap orang yang berpenampilan kusut dan kotor, siapa tahu ia berhati mulia seperti halnya ibu Asyati. 

Wahai para pejabat negara, belajarlah dari kejujuran ibu Asyati ini.


Bondowoso, 15 Agustus 2019

Selasa, 13 Agustus 2019

Aktualisasi Keimanan Nabi Ibrahim as. di Era Millenial


Aktualisasi Keimanan Nabi Ibrahim as. di Era Millenial

Oleh: Dr. Saeful Kurniwan, S.Pd., M.Pd.I

Masjid Besar Al-Mukhtar Kecamatan Tenggarang menyelenggarakan sholat idul adha untuk mengenang peristiwa agung seorang ayahanda yang melakukan misi besar dan heroik dari  Allah SWT. yaitu, Nabiyullah wa kholilullah Ibrahim as. yang mau menyembelih putera kesayangannya sendiri yaitu, nabi Ismail as.

Yang yang bertindak sebagai master of ceremony (MC) ananda Moh. Zainul Hasan, S.Pd. Ia membacakan strutur acara mulai pertama sampai selesai dengan cermat dan lugas. Sementara bapak Sukaryo, S.Sos selaku ketua takmir masjid al-Mukhtar dalam sekapur sirihnya (sambutan)nya, menyampaikan ucapan terima kasih kepada segenap pengurus takmir yang telah berpartisipasi atas terselenggara dan suksesnya acara tersebut dan juga ia menyampaikan ucapan terima kasih kepada masyarakat, khususnya warga sekitar atas kepercayaannya menyerahkan hewan qurbannya, kepada pengurus takmir.

Bilal atau murakki idul adha dibacakan oleh ust. Moh. Fathurrazi salah satu perangkat takmir Masjid Besar al-Mukhtar Kecamatan Tenggarang Bondowoso.

Imam sholat idul adha dipimpin oleh ust. Syafiudin selaku imam tetap masjid besar al-Mukhtar,  ia melantunkan surat al-A'la dengan suara yang merdu dan syahdu sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid.

Sementara penulis di percaya sebagai khatib idul adha dengan tema, " Aktualisasi Keimanan Nabi Ibrahim as. di Era Millenial."

Pertama, penulis sebagai khotib memanjatkan puji sykur kehadirat Allah SWT. yang senantiasa memberikan karunia dan anugerah-Nya kepada kita semua. Dan shalatullah wa salamuhu semoga tetap mengalir deras kepada Sayyidu al-Wujud Muhammad saw., keluarga dan para sahabatnya yang membawa kita dari alam kebodohan ke alam keilmuan saat ini.

Kedua, penulis sebagai khotib berwasiat kepada diri khotib sendiri  dan kepada seluruh sidang sholat idul adha yang hadir untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT. setiap saat karena ajal yang ditentukan oleh Allah adalah misteri. Caranya, dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Ketiga, Penulis sebagai khotib menyampaikan, pengorbanan teragung sepanjang sejarah, adalah pengorbanan seorang ayah untuk menyembelih putera kesayangan demi semata-mata memenuhi titah Tuhan-Nya.


Sesungguhnya Allah tidak hendak menyiksa perasaan kebapakan Nabi Ibrahim. Allah tidak hendak mengambil nyawa Nabi Ismail. Allah hanya ingin menguji seberapa tinggi nilai keimanan Nabi Ibrahim. Dan Allah hanya ingin menguji seberapa besar baktinya Nabi Ismail kepada ayahandanya.

Dalam ayat lain, yang termaktub dalam surat al-Baqarah ayat 124 disampaikan,

"Dan ketika Tuhannya menguji Nabi Ibrahim dengan beberapa kalimat, maka ia menyempurnakan (menunaikan)nya."

Imam as-Suyuthi dalam tafsir al-Bayan yang penulis baca kemarin, ayat tersebut menunjukkan Allah menguji Nabi Ibrahim as. untuk ditunjukkan kepada umatnya bagaimana kualitas imannya Nabi Ibrahim dan puteranya Nabi Ismail as.

Hal ini juga, diperkuat dengan sabda Nabi Muhammad saw.,

"Jika Allah SWT. mencintai hamba-Nya, niscaya Allah akan mengujinya."

Oleh karena, berbahagialah kita, jika diuji dengan ketakutan, kekurangan, kebangkrutan, kematian dan kehilangan harta benda karena itu semua bentuk kasih sayang Allah SWT. kepada kita.

Dan bagi para remaja millenial, salah satu implimentasi keimanan nabi Ibrahim di era millenial ini, kalian harus tabah menjalani kehidupan dan sabar dalam menimba ilmu di sekolah dan kampus. Selain dari itu, remaja millenial harus menjadi pribadi unggul (personal excellent) yang mampu bertahan dalam keterpurukan dan tidak menjadi beban orang lain terutama kedua orang tuanya.

Keempat, penulis sebagai khotib menutup khutbah idul adha dengan pembacaan doa. Penulis dalam memanjatkan doa memakai bahasa indonesia agar bisa dimengerti dan dipahami oleh para jemaah. Kontens doa yang penulis lantunkan, penulis mencoba  mengajak mengaktualisasi keimanan Nabi Ibrahim as., mengajak  bertaubat yang selama ini banyak melakukan kedurhakan kepada Allah SWT dan melakukan hal-hal yang menyakiti hati orang tua.



Intinya, penulis sebagai khotib mencoba membangunkan emosi para jemaah, untuk menyadari dan mengevaluasi diri selama ini, sehingga tidak sedikit dari mereka yang merasa terenyuh, dan meneteskan air matanya.

Semoga khutbah idul adha kemarin yang diselenggarakan oleh pengurus takmir masjid besar al-Mukhtar Kecamatan Tenggarang Bondowoso mendapatkan maunah Allah dan bersamaan dengan Ridho-Nya. Amin.

Bondowoso, 11 Agustus 2019

Jumat, 09 Agustus 2019

Aktualisasi Makna Kemerdekaan




Aktualisasi Makna Kemerdekaan

Saat ini  bangsa Indonesia baik yang berada di dalam ataupun yang berada di luar negeri, sedang memperingati dan merayakan HUT Kemerdekaan Negara kita Republik Indonesia.

Peristiwa ini, seyogyanya dan patut kita syukuri, karena kemerdekaan adalah karunia dan anugerah Allah SWT yang sangat agung sekali, bagi seluruh rakyat Indonesia. Pasalnya, untuk meraih kemerdekaan tersebut tidak mudah, karena butuh perjuangan keras dan pengorbanan dari pahlawan kita yang sudah menyerahkan jiwanya untuk melawan penjajah di bumi pertiwini ini.

Dengan kemerdekaan ini, kita sebagai rakyat Indonesia bisa memperjuangkan kesejahteraan lahir dan batin serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Betapa besarnya Nikmat Allah SWT yang dianugerahkan kepada bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berdaulat dan bangsa yang merdeka.

Sebagaimana firman Allah SWT.:

"Ingatlah kalian kepada-Ku, tentu Aku pun ingat kepada kalian dan bersyukurlah kepada-Ku dan jangan kalian mengkufuri (mengingkari) Aku." (QS.al-Baqarah:152).



Bangsa Indonesia meraih kemerdekaan bukan hadiah dari para penjajah seperti halnya negara Malaysia dan Brunai Darussalam yang mendapatkan hadiah dari negara Inggris tapi Indonesia, meraih kemerdekaan dengan mengorbankan nyawa para pahlawan kita yang sangat gigih melawan para penjajah. Karena pada waktu itu, negara kita dikuasai oleh negara-negara penjajah diantaranya Portugis, Belanda, dan Jepang. Pada waktu itu kekayaan kita dieksploitasi ke negara mereka masing-masing, sehingga kita jatuh miskin dan mengalami kelaparan.

Selain dari itu juga, kita sebagai rakyat Indonesia tidak bebas menjalankan keyakinan kita sebagai umat Islam. Kebebasan dan hak-hak kita sebagai rakyat Indonesia tercerabut dari akarnya dan bahkan dakwah kita pun di kekang dan di batasi.

Kesatuan bangsa Indonesia di pecah  belah antar suku dan golongan. Sukuisme memang sengaja dihidupkan oleh para penjajah agar tidak bersatu.

Alhamdulillah wa syukurillah, bangsa Indonesia sekarang sudah di pegang oleh rakyat Indonesia  dan bangsa kita sendiri, roda perekonomian untuk kesejahteraan bangsa kita, pembangunan infrastruktur untuk dinikmati kita, setiap agama bebas dijalankan oleh kita, institusi pendidikan juga tambah pesat dalam rangka mencerdaskan bangsa kita.

Itulah bukti inayah dan maunah (pertolongan) Allah SWT kepada segenap rakyat Indonesia, oleh sebab itu kita sebagai rakyat Indonesia wajib  bersyukur atas nikmat kemerdekaan tersebut agar tetap kekal dan abadi.

Untuk mensyukuri nikmat kemerdekaan perlu kita cermati apa itu syukur. Syukur di artikan sebagai:

"Penggunaan segala nikmat yang telah Allah berikan kepada hamba-Nya untuk mendapatkan Ridho-Nya.



Penulis tadi malam ikut berkumpul dengan warga dan para pemuda mengerjakan asesoris tujuh belas agustusan, dengan mempercantik infrastruktur desa mulai di beri asesoris lampu kelap-kelip, dicat warna merah putih, dan melukis pagar rumah dengan tulisan 'NKRI Harga Mati'. Penulis sempat berbincang dengan ketua RW 04 Prajekan Lor bapak Tumo, M.Pd.:

"Bagaimana yang dimaksud kemerdekaan?"tanya penulis.

"Makna kemerdekaan yang sebenarnya adalah mensyukuri segala nikmat dan anugerah-Nya untuk kebaikan bersama." jawabnya spontan tadi malam.

Jadi, sejatinya merdeka itu adalah merdeka dari kemiskinan, merdeka dari kebodohan, merdeka dari keterpurukan, merdeka dari kenakalan dan merdeka dari kebrutalan.

Asesoris kemerdekaan penting, seperti program lingkungan bersih, gerak jalan, karnaval, dan asesoris lainya namun, jauh lebih penting dari itu adalah memahami dan menghayati kemerdekaan dengan memperbaiki diri, mencari ilmu yang tinggi, dan meraih prestasi yang mampu membawa nama baik bangsa ini mempunyai harga diri di kancah dunia Internasional.



Sekali lagi, perlu di ingat bahwa manifestasi mensyukuri kemerdekaan tidak akan tercapai manakala kita tidak pandai mawas diri dan evaluasi diri agar kemerdekaan bangsa ini mendapatkan Ridho Ilahi.

Dr. Saeful Kurniawan, M.Pd.I 08 Agustus 2019

Supervisi Kelas, PPL STAI at-Taqwa Bondowoso



Supervisi Kelas, PPL STAI at-Taqwa Bondowoso

Sekolah sebagai institusi pendidikan yang berperan penting dalam mengembangkan SDM anak bangsa, berkewajiban untuk mencapai standart pendidikan nasional. STAI at-Taqwa Bondowoso menyelenggarakan program real theaching untuk mahasiswa semester VI guna meningkatkan profesionalitas guru di SMKPP Tegalampel Bondowoso.

Supervisi secara etimologi berasal dari kata super dan misi yang mengandung arti melihat dan meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap aktifitas, kreatifitas, dan kinerja bawahan.

Jadi supervisi itu mempunyai pengertian yang luas. Ada beragam istilah selain supervisi diantaranya, pengawasan, pemeriksaan, dan inspeksi. Menurut Frank G. Dickey, supervisi adalah program yang terencana untuk memperbaiki pengajaran. Adapun yang dimaksud supervisi kelas adalah suatu aktifitas proses pembimbingan untuk memperbaiki situasi belajar mengajar agar peserta didik dapat belajar secara efektif dan efesien dengan prestasi dan mutu belajar yang semakin meningkat.



Supervisi PBM adalah proses belajar mengajar secara langsung untuk memperbaiki pengajaran, sasaran utamanya adalah pelaksanaan kegiatan belajar mengajar atau PBM umumnya terjadi dikelas maka ia bisa disebut supervisi kelas. Dalam pelaksanaanya supervisi PBM disebut juga sebagai supervisi klinis.

Pada hari rabu kemarin, penulis sebagai dosen pembimbing lapangan (DPL) mengadakan bimbingan kepada PPL STAI at-Taqwa Bondowoso yang ditempatkan di SMKPP Tegalampel Bondowoso dengan metode supervisi kelas. Penulis sebagai DPL mencoba terlibat langsung mengikuti proses pembelajaran yang dilakukan oleh PPL diruang kelas. Penulis melakukan inspeksi mendadak guna memeriksa perangkat pembelajaran mulai dari RPP, silabus, program semester (promes), dan program tahunan (prota).

Ada beberapa teknik supervisi dalam upaya pembinaan kemampuan PPL sebagai guru yaitu:

Pertama, teknik supervisi bersifat kelompok. Artinya penulis sebagai supervisor melakukan perbaikan bersama guru pamong yang ada di SMKPP Tegalampel.

Kedua, supervisi rapat guru latih. Artinya, penulis mengadakan rapat dengan guru pamong dan PPL STAI at-Taqwa Bondowoso membahas dan mengevaluasi pembelajaran yang selama ini sudah dilalukan.

Ketiga, supervisi studi kelompok antar guru. Artinya, penulis sebagai supervisor mengumpulkan semua PPL untuk mempelajari dan mengevaluasi sejumlah problem pembelajaran yang terjadi selama proses belajar mengajar di dalam kelas.

Keempat, supervisi diskusi. Artinya, penulis sebagai supervisor meminta kepada masing-masing PPL yang bertindak sebagai guru untuk saling berdiskusi dan berlatih mengahadapi berbagai kesulitan selama proses belajar mengajar.



Diharapkan dengan adanya supervisi kelas yang dilakukan oleh penulis sebagai supervisor bisa memperbaiki situasi belajar mengajar agar peserta didik dapat belajar secara efektif dan efesien dengan prestasi dan mutu belajar yang semakin menyenangkan. Disamping itu juga, dengan adanya supervisi tersebut PPL STAI at-Taqwa  mampu menjadi guru yang mempunyai kompetensi dan profesional.

Dr. Saeful Kurniawan, M.Pd.I 08 Agustus 2019

Kamis, 08 Agustus 2019

Live Excellent


Live Excellent, Menuju Hidup Lebih Baik

Diera Revolusi Industri 4.0 ini, kita semua dituntuk untuk tidak gaptek (gagap tehlogi) karena semua elemen yang terkait dengan keprofesian berbasis Ilmu Teknologi (IT). Dalam kondisi ini, merekan yang mempunyai SDM rendah akan memakai prinsip 'pasraisme' atau naremah mentality tentu ini bukan konsep tawakkal karena tawakkal itu harus melalui proses ikhtiar yang maksimal plus doa.

Sukses dalam hidup itu adalah today is better than yesterday, artinya hari ini harus lebih baik dari kemarin, kendatipun tomorrow will be better than today, hari esok akan lebih baik.

Ada salah seorang teman yang sudah lulus magister sudah merasa puas dengan gelarnya, ia enggan untuk melanjutkan ke program doktor kalau bukan jalur beasiswa karena ia merasa tidak mampu (mental blog), artinya, merasa kalah sebelum bertanding istilah maduranya "akaek khi' tak acarok". Mereka tidak mau keluar dari zona nyaman.

Kalau diumpamakan dalam sebuah gambar mengarah, seorang yang survive dalam hidupnya adalah orang yang berdiri kemudian matanya ke bawah (eyes down), lalu tangannya kebawah (hold hand down). Kemudian ia melangkah dengan lambat(slow step) ia merasa tidak percaya diri (confidence) menghadapi kehidupan, (that is survive).

Kita mencoba berfikir signifikan, hatinya berfikir saya harus sukses dan saya bisa membuat orang lain sukses.Intinya, siap sukses tapi juga siap suksesi. Sehingga kita mendapatkan positif power 'energi positif' yang ada di lingkungan kita.

If you think positif, we do positif action. Ketika kita memikirkan satu hal yang positif, maka tindakan kita pun akan positif bukan sebaliknya.

Salah satu spirit yang diajarkan oleh Allah SWT. dalam salah satu ayatnya,

"Apabila selesai melaksanakan satu hal, maka bersiap-siaplah menghadapi pekerjaan berikutnya."

Hemat penulis, ayat diatas mengandunga dua makna,

Pertama, jangan sekali-kali masuk kepada pekerjaan yang baru sebelum pekerjaan lama belum tuntas. Tidak sedikit orang gila pekerjaan dan jabatan apapun ia lakukan untuk mendapatkan jabatan tersebut kendatipun dengan cara-cara yang tidak dibenarkan, sehingga semua pekerjaannya terbengkalai. Ada seorang tokoh yang berafiliasi dengan pemerintah, karena ia merasa didukung penuh oleh orang yang punya otoritas eksekutif semua pucuk pimpinan ormas ia incar, seakan-akan tidak ada generasi lain yang mampu menjabatnya akhirnya semua programnya mandeg dan stagnan karena etos kerjanya tidak maksimal.

Kedua, setelah menyelesaikan pekerjaan lama, maka bersiaplah mengerjakan pekerjaan yang baru, tidak istilah kata istirahat dalam mengarungi kehidupan ini. Kita akan dihadapkan dengan kata bekerja dan bekerja...., no rilex. Rilex yang sebenarnya adalah pekerjaan itu sendiri. Kalau kita menikmati pekerjaan kita maka akan mendapatkan rilekssasi, dan senantiasa kita menganggap pekerjaan itu tidak hanya sekedar rutinitas namun bernilai ibadah.

Rasulullah saw. bersabda,

"Arihnaa bi al-sholah"

Istirahatkan saya dengan mengerjakan sholat. Jadi menurutnya, ibadah sholat itu bukan hal rutinitas tapi sebagai mediasi untuk melakukan rilexasi guna menenteramkan jiwanya.

Jadi, setelah usai melaksanakan satu pekerjaan, kita "ready" dengan pekerjaan yang lebih besar lagi, big job. Jangan hanya sekedar mengerjakan small job (pekerjaan kecil) tapi harus siap menghadapi pekerjaan yang lebih menantang lagi. Ini adalah challenge buat kita semua.

Dr. Saeful Kurniawan, M.Pd.I 8 Agustus 2019

Esensi Menyambut Tahun Baru Islam

Esensi Menyambut Tahun Baru Islam Oleh: Dr. Muhammad Saeful Kurniawan, S.Pd., M.Pd.I Masa Rasulullah saw Islam hanya memi...