Kamis, 08 Agustus 2019

Live Excellent


Live Excellent, Menuju Hidup Lebih Baik

Diera Revolusi Industri 4.0 ini, kita semua dituntuk untuk tidak gaptek (gagap tehlogi) karena semua elemen yang terkait dengan keprofesian berbasis Ilmu Teknologi (IT). Dalam kondisi ini, merekan yang mempunyai SDM rendah akan memakai prinsip 'pasraisme' atau naremah mentality tentu ini bukan konsep tawakkal karena tawakkal itu harus melalui proses ikhtiar yang maksimal plus doa.

Sukses dalam hidup itu adalah today is better than yesterday, artinya hari ini harus lebih baik dari kemarin, kendatipun tomorrow will be better than today, hari esok akan lebih baik.

Ada salah seorang teman yang sudah lulus magister sudah merasa puas dengan gelarnya, ia enggan untuk melanjutkan ke program doktor kalau bukan jalur beasiswa karena ia merasa tidak mampu (mental blog), artinya, merasa kalah sebelum bertanding istilah maduranya "akaek khi' tak acarok". Mereka tidak mau keluar dari zona nyaman.

Kalau diumpamakan dalam sebuah gambar mengarah, seorang yang survive dalam hidupnya adalah orang yang berdiri kemudian matanya ke bawah (eyes down), lalu tangannya kebawah (hold hand down). Kemudian ia melangkah dengan lambat(slow step) ia merasa tidak percaya diri (confidence) menghadapi kehidupan, (that is survive).

Kita mencoba berfikir signifikan, hatinya berfikir saya harus sukses dan saya bisa membuat orang lain sukses.Intinya, siap sukses tapi juga siap suksesi. Sehingga kita mendapatkan positif power 'energi positif' yang ada di lingkungan kita.

If you think positif, we do positif action. Ketika kita memikirkan satu hal yang positif, maka tindakan kita pun akan positif bukan sebaliknya.

Salah satu spirit yang diajarkan oleh Allah SWT. dalam salah satu ayatnya,

"Apabila selesai melaksanakan satu hal, maka bersiap-siaplah menghadapi pekerjaan berikutnya."

Hemat penulis, ayat diatas mengandunga dua makna,

Pertama, jangan sekali-kali masuk kepada pekerjaan yang baru sebelum pekerjaan lama belum tuntas. Tidak sedikit orang gila pekerjaan dan jabatan apapun ia lakukan untuk mendapatkan jabatan tersebut kendatipun dengan cara-cara yang tidak dibenarkan, sehingga semua pekerjaannya terbengkalai. Ada seorang tokoh yang berafiliasi dengan pemerintah, karena ia merasa didukung penuh oleh orang yang punya otoritas eksekutif semua pucuk pimpinan ormas ia incar, seakan-akan tidak ada generasi lain yang mampu menjabatnya akhirnya semua programnya mandeg dan stagnan karena etos kerjanya tidak maksimal.

Kedua, setelah menyelesaikan pekerjaan lama, maka bersiaplah mengerjakan pekerjaan yang baru, tidak istilah kata istirahat dalam mengarungi kehidupan ini. Kita akan dihadapkan dengan kata bekerja dan bekerja...., no rilex. Rilex yang sebenarnya adalah pekerjaan itu sendiri. Kalau kita menikmati pekerjaan kita maka akan mendapatkan rilekssasi, dan senantiasa kita menganggap pekerjaan itu tidak hanya sekedar rutinitas namun bernilai ibadah.

Rasulullah saw. bersabda,

"Arihnaa bi al-sholah"

Istirahatkan saya dengan mengerjakan sholat. Jadi menurutnya, ibadah sholat itu bukan hal rutinitas tapi sebagai mediasi untuk melakukan rilexasi guna menenteramkan jiwanya.

Jadi, setelah usai melaksanakan satu pekerjaan, kita "ready" dengan pekerjaan yang lebih besar lagi, big job. Jangan hanya sekedar mengerjakan small job (pekerjaan kecil) tapi harus siap menghadapi pekerjaan yang lebih menantang lagi. Ini adalah challenge buat kita semua.

Dr. Saeful Kurniawan, M.Pd.I 8 Agustus 2019

5 komentar:

Esensi Menyambut Tahun Baru Islam

Esensi Menyambut Tahun Baru Islam Oleh: Dr. Muhammad Saeful Kurniawan, S.Pd., M.Pd.I Masa Rasulullah saw Islam hanya memi...