Kamis, 08 Agustus 2019

Obsesi Media Menggapai Suksesi



Obsesi Media Menggapai Suksesi

Semua orang bisa dipastikan mempunyai obsesi (cita-cita). Obsesi bukan hanya terkait dengan sebuah profesi namun lebih dari itu obsesi adalah tujuan hidup (ghoyatu al-hayatu).  Seperti halnya, penulis menanyakan kepada puteri-puterinya obsesinya, anak pertama ingin menjadi enterpreneur sukses sehingga ia mengikuti tes kuliah di UAD (Universitas Ahmad Dahlan)Yogyakarta program studi Manajemen Ekonomi alhamdulillah dalam pengumuman kemarin ia berhasil lulus dan diterima menjadi mahasiswi di UAD tersebut.

Sementara puteri kedua penulis obsesinya ingin menjadi seorang dokter, kemarin ia kita ajak rihlah ilmiah dibeberapa pesantren dan kampus negeri di Jawa Timur untuk mengenalkan lembaga pendidikan kepadanya. Namun seorang muslim tentunya akan memempatkan obsesinya ditempat yang paling mulia dan paling tinggi yaitu ingin menggapai keridhoaan Allah SWT.

Minggu kemarin, penulis diundang seorang profesor dan doktor dosen Universitas Brawijaya untuk meruqyah putera pertamanya yang menjadi lulusan terbaik program magister di UNIBRAW Malang.

Sebelum proses ruqyah di mulai, penulis menggunakan pendekatan persuasif untuk mengorek sedikit data pribadinya.

"Mas, kenapa kamu tidak melanjutkan program doktor seperti halnya kedua orang tuanya?" tanya penulis. "Tidak penting ust, karena tidak ada yang linier dengan pekerjaan saya" jawabnya.

"Loh, masak kuliah doktor tujuan utamanya untuk pekerjaan?" sergah penulis kepadanya.

Kemudian penulis sedikit memberikan pengarahan (direkting) kepadanya agar tujuan utama mencari ilmu itu adalah semata-mata mencari ridho Allah (ibtighoo'i mardhatillah), dan menghilangkan kebodohan (lidaf'i al-jahli) bukan yang lain seperti yang sudah di sinyalir oleh hujjatu al-islam al-imam Ghazali dalam kitab ihya ulumuddin bab ilmu.

Setelah itu, ketika kita berbincang hangat dengan keluarga besarnya di ruang tamu, tiba-tiba ia melontarkan pertanyaan,

"Saya ini tidak perlu diruqyah, saya ini sudah dilindungi oleh Allah SWT." tuturnya.

"Apa indikatornya kamu mendapat perlindungan Allah?"  tanya penulis.

"saya tidak pernah kesurupan" jawabnya enteng.

"Belum tentu.! karena orang yang akan ditolong oleh Allah itu, manakala ia menolong kebahagian orang tuanya, agar kamu di lindungi oleh Allah berbaktilah kepada kedua orang tuanya dan bahagian mereka dengan segera menikah agar keduanya bahagia, insyaallah kamu dilindungi Allah SWT." jawab penulis sembari mengutib sebuah hadits Rasulullah saw.

"Allah akan menolong hamba-Nya, sepanjang ia mau menolong (kebahagian) saudaranya (orang tuanya).

Manfaat mempunyai obsesi itu sebagai berikut,

Pertama, hidup lebih terarah. Artinya, orang yang mempunyai obsesi tahu arah hidupnya, tahu tujuan belajarnya, tahu tujuan pendidikannya.

Kedua, mentalitasnya terasah. Artinya, orang yang punya obsesi mentalnya akan kuat menghadapi berbagai hambatan dan aral yang merintanginya.

Ketiga, terus belajar. Artinya, orang yang punya obsesi akan berusaha meningkat kemampuannya agar obsesinya bisa digapai. Yaitu dengan terus belajar tanpa henti. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad,

"Carilah ilmu dari buaian ibu sampai keliang lahat"

Alhamdulillah penulis masih belum pernah beriatirahat mencari ilmu mulai lahir sampai sekarang kendatipun sudah selesai dan lulus program doktor. Kini penulis fokus dan konsentrasi untuk menggapai guru besar (profesor). Semoga.

Mengejar obsesi yang kita inginkan sudah pernah disinyalir oleh Rasulullah saw.

"Ketika saya memukul itu, ditampakkanlah kepada saya kota Kisra Persia dan sekitarnya serta sejumlah kota besarnya hingga saya melihatnya dengan kedua mata saya."

Hal ini dikuatkan oleh statemen ulama,

"Gantungkan obsesi kalian di atas bintang Soraya, kendatipun kaki-kaki kalian menginjak bumi.

Oleh karena itu, jangan sampai berhenti untuk bermimpi, karena kejadian hari merupakan rangkaian obsesi kita sebelumnya. Penulis bisa mampu menyelesaikan program pendidikan Doktor karena obsesi besar yang dibangun sebelumnya, dimana teman-teman penulis takut untuk bermimpi saat itu, alasanya karena terlalu tinggi.

Jadi, jangan takut bermimpi. Sebab, jika Allah berkehendak, apapun pasti terjadi, termasuk penulis bisa menggapai gelar Doktor kendatipun hanya anak dari tukang Becak.

 Namun, jangan lupa juga kita niatkan penggapaian cita-cita ini sebagai ibadah kepada Allah SWT,

"Dan Aku menciptakan Jin dan Manusia agar beribadah kepada-Ku. (QS.al-Zariat:56)

Dr. Saeful Kurniawan, M.Pd.I 08 Agustus 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Esensi Menyambut Tahun Baru Islam

Esensi Menyambut Tahun Baru Islam Oleh: Dr. Muhammad Saeful Kurniawan, S.Pd., M.Pd.I Masa Rasulullah saw Islam hanya memi...