Obsesi Media Menggapai Suksesi
Semua orang bisa dipastikan mempunyai obsesi (cita-cita).
Obsesi bukan hanya terkait dengan sebuah profesi namun lebih dari itu obsesi
adalah tujuan hidup (ghoyatu al-hayatu).
Seperti halnya, penulis menanyakan kepada puteri-puterinya obsesinya,
anak pertama ingin menjadi enterpreneur sukses sehingga ia mengikuti tes kuliah
di UAD (Universitas Ahmad Dahlan)Yogyakarta program studi Manajemen Ekonomi
alhamdulillah dalam pengumuman kemarin ia berhasil lulus dan diterima menjadi
mahasiswi di UAD tersebut.
Sementara puteri kedua penulis obsesinya ingin menjadi
seorang dokter, kemarin ia kita ajak rihlah ilmiah dibeberapa pesantren dan
kampus negeri di Jawa Timur untuk mengenalkan lembaga pendidikan kepadanya.
Namun seorang muslim tentunya akan memempatkan obsesinya ditempat yang paling
mulia dan paling tinggi yaitu ingin menggapai keridhoaan Allah SWT.
Minggu kemarin, penulis diundang seorang profesor dan doktor
dosen Universitas Brawijaya untuk meruqyah putera pertamanya yang menjadi
lulusan terbaik program magister di UNIBRAW Malang.
Sebelum proses ruqyah di mulai, penulis menggunakan
pendekatan persuasif untuk mengorek sedikit data pribadinya.
"Mas, kenapa kamu tidak melanjutkan program doktor
seperti halnya kedua orang tuanya?" tanya penulis. "Tidak penting
ust, karena tidak ada yang linier dengan pekerjaan saya" jawabnya.
"Loh, masak kuliah doktor tujuan utamanya untuk
pekerjaan?" sergah penulis kepadanya.
Kemudian penulis sedikit memberikan pengarahan (direkting)
kepadanya agar tujuan utama mencari ilmu itu adalah semata-mata mencari ridho
Allah (ibtighoo'i mardhatillah), dan menghilangkan kebodohan (lidaf'i al-jahli)
bukan yang lain seperti yang sudah di sinyalir oleh hujjatu al-islam al-imam
Ghazali dalam kitab ihya ulumuddin bab ilmu.
Setelah itu, ketika kita berbincang hangat dengan keluarga
besarnya di ruang tamu, tiba-tiba ia melontarkan pertanyaan,
"Saya ini tidak perlu diruqyah, saya ini sudah
dilindungi oleh Allah SWT." tuturnya.
"Apa indikatornya kamu mendapat perlindungan
Allah?" tanya penulis.
"saya tidak pernah kesurupan" jawabnya enteng.
"Belum tentu.! karena orang yang akan ditolong oleh
Allah itu, manakala ia menolong kebahagian orang tuanya, agar kamu di lindungi
oleh Allah berbaktilah kepada kedua orang tuanya dan bahagian mereka dengan
segera menikah agar keduanya bahagia, insyaallah kamu dilindungi Allah
SWT." jawab penulis sembari mengutib sebuah hadits Rasulullah saw.
"Allah akan menolong hamba-Nya, sepanjang ia mau
menolong (kebahagian) saudaranya (orang tuanya).
Manfaat mempunyai obsesi itu sebagai berikut,
Pertama, hidup lebih terarah. Artinya, orang yang mempunyai
obsesi tahu arah hidupnya, tahu tujuan belajarnya, tahu tujuan pendidikannya.
Kedua, mentalitasnya terasah. Artinya, orang yang punya
obsesi mentalnya akan kuat menghadapi berbagai hambatan dan aral yang
merintanginya.
Ketiga, terus belajar. Artinya, orang yang punya obsesi akan
berusaha meningkat kemampuannya agar obsesinya bisa digapai. Yaitu dengan terus
belajar tanpa henti. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad,
"Carilah ilmu dari buaian ibu sampai keliang
lahat"
Alhamdulillah penulis masih belum pernah beriatirahat
mencari ilmu mulai lahir sampai sekarang kendatipun sudah selesai dan lulus
program doktor. Kini penulis fokus dan konsentrasi untuk menggapai guru besar
(profesor). Semoga.
Mengejar obsesi yang kita inginkan sudah pernah disinyalir
oleh Rasulullah saw.
"Ketika saya memukul itu, ditampakkanlah kepada saya
kota Kisra Persia dan sekitarnya serta sejumlah kota besarnya hingga saya
melihatnya dengan kedua mata saya."
Hal ini dikuatkan oleh statemen ulama,
"Gantungkan obsesi kalian di atas bintang Soraya,
kendatipun kaki-kaki kalian menginjak bumi.
Oleh karena itu, jangan sampai berhenti untuk bermimpi,
karena kejadian hari merupakan rangkaian obsesi kita sebelumnya. Penulis bisa
mampu menyelesaikan program pendidikan Doktor karena obsesi besar yang dibangun
sebelumnya, dimana teman-teman penulis takut untuk bermimpi saat itu, alasanya
karena terlalu tinggi.
Jadi, jangan takut bermimpi. Sebab, jika Allah berkehendak,
apapun pasti terjadi, termasuk penulis bisa menggapai gelar Doktor kendatipun
hanya anak dari tukang Becak.
Namun, jangan lupa
juga kita niatkan penggapaian cita-cita ini sebagai ibadah kepada Allah SWT,
"Dan Aku menciptakan Jin dan Manusia agar beribadah
kepada-Ku. (QS.al-Zariat:56)
Dr. Saeful Kurniawan, M.Pd.I 08 Agustus 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar