Kamis, 15 Agustus 2019

Membangun Keluarga Unggul (Family Excellent)



Membangun Keluarga Unggul, (Family Excellent)

Oleh: Dr. Saeful Kurniawan, S.Pd., M.Pd.I

Prosesi pernikahan penulis dengan isteri melalui ta'aruf (perkenalan) yang di mediasi oleh salah seorang teman yang berlokasi di SDN Pagungan Pujer depan kantor kecamatan. Sebelum proses ta'aruf dilalukan terlebih dahulu kita mengirim biodata masing-masing dengan tulisan data yang sangat lengkap sekali. Artinya, pernikahan kami berdua tidak diawali dengan pacaran atau TTM (teman tapi mesra).

Ketika penulis masih single, belum  berkeinginan menjadi seorang presiden rumah tangga. Hal terpenting yang tertanam dalam benak penulis bukan mempertanyakan seperti sosok siapa calon pendamping penulis, tapi yang penulis pikirkan pertama kali adalah model dan gaya rumah tangga apa yang kita terapkan dimasa depan.

Melalui kesempatan ini, penulis mengajak untuk menerapkan sebuah paradigma baru dengan memulai dengan akhir. Akhir itu adalah harapan dan tujuan dengan istilah dream island (pulau impian).



Dalam pernikahan itu ada beberapa model yang diterapkan,

Pertama, model rumah tangga gaya hotel. Tempat transit, ia bukan tempat tinggal untuk menetap  dalam waktu yang lama. Penulis punya sahabat berprofesi kepala sekolah disalah satu pendidikan swasta di Bondowoso yang sudah menikah. Ia etos kerjanya tinggi sekali pergi jam enam pagi pulang jam sepuluh malam, artinya rumah hanya sebagai tempat untuk menginap, merebahkan diri, makan dan pipis di rumah yang populer disebut 3UR: dapur, kasur, dan sumur. Sehingga isterinya merasa tidak kuat akhirnya ia digugat cerai.

Kedua, model rumah tangga gaya hospital (rumah sakit) rumah tangga yang dibangun atas dasar politik balas jaza. Masing-masing merasa lebih, sehingga tidak akan pernah ketemu dan bersinergi. Suami merasa berjasa kepada isterinya, begitupun sebaliknya.

Penulis punya anggota pengajian di selatan pasar Wonosari, ia sering pulang kerumahnya karena diusir oleh isterinya, pasalnya waktu menikah ia tidak membawa rumah. Astaghfirullah.....

Ketiga, model rumah tangga gaya pasar. Di pasar ada penjual dan pembeli. Pembeli ingin membeli barang semurah mungkin dan penjual ingin menjual barang semahal mungkin. Sipembeli berkata:
"Pokoknya harganya sekian." tawarnya. Sementara si penjual berkata:

"Pokonya harganya sekian.Mau silahkan, tidak mau tidak apa-apa." tandasnya.  Dua-duanya pakai kata pokok. Susah. Tidak ada koma, masing-masing menggunakan titik.

Begitupun dalam rumah tangga, kalau suami mengatakan pokoknya dan isteri menggunakan kata pokoknya, dua-duanya tidak memakai koma, masing-masing pakai titik, maka tidak akan ada lagi kesepakatan.



Penulis punya tetangga di Koncer Kidul, keduanya nyaris terjadi perceraian permanen. Perceraian pertama dipicu masalah sepele sebetulnya, namun dua-duanya pakai titik, akhirnya berakhir perceraian di pengadilan agama, kendatipun keduanya sudah rujuk kembali.

Keempat, model rumah tangga gaya Grave (kuburan).Suasana kuburan biasanya sunyi mencekam, senyap tidak ada suara. Begitupun rumah tangga, sudah puluhan tahun menikah tidak pernah komunikasi, tidak pernah ada kata-kata. Suami isteri tidak pernak bertegur sapa. No communication, no words.

Penulis punya sahabat di Tegal Pasir bertahun-tahun keduanya menikah tidak ada komunikasi dan canda tawa. Sehingga ketika ada persoalan keluarga penulis yang diminta oleh keluarga besarnya untuk menjadi mediator agar rujuk kembali. Alhamdulillah, penulis sudah dua kali mengishlahkan keduanya yang nyaris dua kali akan terjadi perceraian karena keduanya sudah dua kali pisah ranjang.

Kelima, model rumah tangga gaya sekolah (school). Model ini ditandai dengan 3A. Asah, asih, asuh.

Penulis sangat beruntung sekali punya iateri yang sangat mendukung terhadap pendidikan dan karir penulis. Bagaimana tidak? ia bertahun-tahun sabar dan mendukung penulis untuk lanjut studi mulai dari strata satu (S1) di Universitas Wisnuwardhana (UNIDHA) Malang, strata dua (S2) di pascasarjana Universitas Ibrahimy (UNIB) Sukorejo, dan strata tiga (S3) program doktor di pascasarjana Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang. Kurang lebih 10 tahun ia sering ditinggal untuk kuliah di luar kota dan iapun rela jatah belanjanya dikurangi untuk biaya kuliah untuk meraih masa depan yang cemerlang.



Penulis sangat beruntung sekali punya isteri karena ia bisa jadi partner dalam penulisan Disertasi sehingga selesai. Sehingga dalam keluarga kami tidak ada istilah DKI (Di Bawah Ketiak Isteri) atau ISTI (Ikatan Suami Takut Isteri).

Penulis berusaha mengadakan program rihlah keluarga agar terjadi komunikasi yang saling asah, asih, dan asuh sehingga terjadi pertukaran  wawasan, sharing knowledge, dan sharing experience.

Dan keenam, model rumah tangga gaya masjid. Karena masjid model rumah tangga asmara (sakinah mawaddah warahmah). Untuk menjadi model rumah tangga gaya masjid, ada empat hal yang harus diperhatikan,

Pertama, ketulusan (sincerity). keluarga yang dibangun atas dasar ketulusan.

Kedua, Imam dan makmum. Alangkah indahnya jika suami bertindak menjadi imam dan isteri serta anak-anaknya menjadi makmum saling membangun ritme kebersamaan.

Ketiga, loyalitas. Kesetian mutlak harus dimiliki oleh keduanya untuk memperoleh keluarga asmara.

Keempat, sholat diakhiri dengan salam. Ucapan "Assalamu'alaikum" adalah menebarkan kedamaian, ketenangan dan keselamatan.

Kesimpulan dari tulisan diatas, untuk menjadi keluarga unggul, pertama tentukan akhir dalam rumah tangga Anda. Tentukan model rumah tangga Anda. Bangun komitmen bersama untuk meraih keluarga unggul. Seperti yang disabdakan Nabi Muhammad saw.:

" Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari yang terdahulu, maka ia termasuk orang sukses."

Saya yakin Anda ingin sukses, saya pun juga ingin sukses. Untuk menjadi sukses, mari kita sama-sama belajar untuk mengevaluasi diri agar hari ini lebih baik daripada hari kemarin.


Bondowoso, 15 Agustus 2019.

2 komentar:

Esensi Menyambut Tahun Baru Islam

Esensi Menyambut Tahun Baru Islam Oleh: Dr. Muhammad Saeful Kurniawan, S.Pd., M.Pd.I Masa Rasulullah saw Islam hanya memi...