Mencari Kebahagian, Dengan Membagiakan Orang lain
Oleh: Dr. Saeful Kurniawan,
S.Pd., M.Pd.
Dalam kitab suci al-Qur'an
termaktub kosakata yang tepat sekali dalam menggambarkan kebahagian adalah
aflaha. Kata tersebut acapkali diawali 'Qad' (yang memiliki arti 'sungguh')
sehingga tersusun frase qad aflaha atau sungguh telah berbahagia. Aflaha adalah fiil madhi mazid dengan tambahan
hamzah qotho' yang menjadi kata turunan 'falaha'.
Bagi penulis, perincian makna
falah tersebut merupakan komponen-komponen kebahagian. Kebahagian bukan hanya
ketenteraman dan kenyamanan saja. Kenyamanan suatu saat saja tidak akan
melahirkan kebahagian. Mencapai segala yang ia inginkan tidak mesti menggapai
kebahagian. Dan segala asesoris kebendaan tidak paralel dengan kebahagiaan.
Penulis punya murid yang boleh
dibilang sukses, pasalnya ia pernah kuliah di Paris Perancis jurusan
perminyakan. Setelah ia lulus langsung dikontrak oleh perusahaan kepunyaannya
negara Perancis dengan bayaran lima ratus juta rupiah lebih perbulan yang
menurut ukuran rata-rata lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Tapi,
apa semua properti yang dimiliki bisa membawa kebahagiaan bagi dirinya?
jawabnya belum tentu. Pasalnya, ia punya isteri yang selalu membangkang
terhadap titahnya, bahkan kepada orang tuanya sehingga membuat hubungan
keduanya tidak harmonis.
Pada suatu hari, ia dikhianati
oleh isteri tercintanya yang selingkuh dengan pemuda idaman lain (PIL) asal
pulau garam Madura sehingga terjadi perceraian.
Ingatkah kita bahwa setiap hari,
paling tidak sepuluh kali, muadzin di seluruh dunia Islam menyeru dan
meneriakkan 'hayya 'ala al-falah'. Jadi, suara muadzin itu sudah cukup menjadi
bukti bahwa agama Islam memanggil umatnya setiap saat untuk meraih kebahagiaan.
Penulis kutipkan ayat-ayat yang
memuat kalimat tersebut.
Pertama, Bertaqwalah kepada Allah
agar kalian berbahagia. (QS.2.189).
Kedua, Wahai orang-orang yang
beriman janganlah kalian makan riba yang berlipat-lipat. Bertakwalah kepada
Allah SWT agar kalian bahagia. (QS.3.130).
Ketiga, kenanglah anugerah Allah
agar kalian bahagia (QS.7:69).
Keempat, Apabila selesai
melaksanakan sholat, menyebarlah dipenjuru bumi. Carilah anugerah Allah dan
banyaklah ingat kepada Allah agar kalian bahagia. (QS.62:10).
Ayat-ayat diatas tidak saja
menunjukkan bahwa tujuan akhir dari semua perintah Tuhan dan nabi-Nya adalah
supaya kalian berbahagia, tetapi juga perincian perbuatan yang bisa membawa
kita kebahagian. Di dalam beberapa hadits, membahagiakan orang lain dipandang
sebagai amal saleh yang sangat mulia di hadapan Allah SWT.
Penulis kedatangan tamu dari
Wringin arak-arak, ia di vonis oleh dokter terkena penyakit batu empedu yang
harus di operasi. Namun, sebelum di operasi ia dibawa kepada orang pintar, ia
disarankan tidak usah di operasi karena penyakit tersebut bukan termasuk
penyakit medis, melainkan penyakit non medis alias terkena sihir. Ia beserta
keluarga kerumah penulis untuk di ruqyah namun demikian ia hanya sedikit
reaksi, sehingga penulis mengambil kesimpulan penyakitnya adalah medis. Setelah
diruqyah, ia penulis anjurkan untuk memakai terapi air hujan sesuai sabda nabi
Muhammad saw di dalam kitab khazinatu al-asrari karya imam Haqqi al-Nazili,
riwayat Umar bin Khottab ra.
"Barangsiapa yang mengambil
air hujan dan dibacakan surah al-fatiha 70 kali, ayat kursi 70 kali, al-Ikhlas
70 kali, al-Falaq 70 kali, dan al-Nas 70 kali. Demi Allah, yang jiwaku ada ada
dalam genggaman-Nya, sesungguhnya Jibril datang kepadaku dan memberitahuku,
bahwa barang siapa yang minum air tersebut selama tujuh hari berturut-turut
menjelang tidur dan bangun tidur, maka Allah SWT akan menghilangkan segala macam
penyakitnya, akan menyembuhkan penyakitnya, dan mengangkat penyakitnya yang ada
dalam syarafnya, dagingnya, darahnya, tulang belulangnya, dan dari seluruh
anggota tubuhnya."
Subhanallah wa alhamdulillah,
puterinya yang bernama Melisa kemarin menelfon penulis dan ia mengatakan,
"Assalamualaikum ust.,
terima kasih. Alhamdulillah berdasarkan hasil lab. ibu saya negatif dari
penyakit batu ginjal." tutur puterinya. "alhamdulillah,
syafahallah..." jawab penulis. Sungguh menjadi kebahagiaan tersendiri,
manakala kita bisa membantu orang lain sesuai dengan kemampuan kita
masing-masing.
Penulis juga punya program masak
bareng bersama fakir miskin dan orang-orang yang sangat membutuhkan uluran
tangan kita, mulai dari desa Prajekan sendiri, Sumberanom, Tarum, Cangkring dan
desa-desa yang lain.
Oleh karena itu, ternyata
kebahagiaan itu tidak bisa didapatkan ketika kita mendapatkan sesuatu dari
orang lain, justeru kebahagian yang sangat besar kita dapatkan, manakala kita
bisa memberi dan berbagi dengan orang lain.
Bondowoso, 18 Agustus 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar