Kamis, 29 Agustus 2019

Mencari Kebahagian, Dengan Membagiakan Orang lain



Mencari Kebahagian,  Dengan Membagiakan Orang lain

Oleh: Dr. Saeful Kurniawan, S.Pd., M.Pd.

Dalam kitab suci al-Qur'an termaktub kosakata yang tepat sekali dalam menggambarkan kebahagian adalah aflaha. Kata tersebut acapkali diawali 'Qad' (yang memiliki arti 'sungguh') sehingga tersusun frase qad aflaha atau sungguh telah berbahagia. Aflaha  adalah fiil madhi mazid dengan tambahan hamzah qotho' yang menjadi kata turunan 'falaha'.

Bagi penulis, perincian makna falah tersebut merupakan komponen-komponen kebahagian. Kebahagian bukan hanya ketenteraman dan kenyamanan saja. Kenyamanan suatu saat saja tidak akan melahirkan kebahagian. Mencapai segala yang ia inginkan tidak mesti menggapai kebahagian. Dan segala asesoris kebendaan tidak paralel dengan kebahagiaan.

Penulis punya murid yang boleh dibilang sukses, pasalnya ia pernah kuliah di Paris Perancis jurusan perminyakan. Setelah ia lulus langsung dikontrak oleh perusahaan kepunyaannya negara Perancis dengan bayaran lima ratus juta rupiah lebih perbulan yang menurut ukuran rata-rata lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Tapi, apa semua properti yang dimiliki bisa membawa kebahagiaan bagi dirinya? jawabnya belum tentu. Pasalnya, ia punya isteri yang selalu membangkang terhadap titahnya, bahkan kepada orang tuanya sehingga membuat hubungan keduanya tidak harmonis.

Pada suatu hari, ia dikhianati oleh isteri tercintanya yang selingkuh dengan pemuda idaman lain (PIL) asal pulau garam Madura sehingga terjadi perceraian.

Ingatkah kita bahwa setiap hari, paling tidak sepuluh kali, muadzin di seluruh dunia Islam menyeru dan meneriakkan 'hayya 'ala al-falah'. Jadi, suara muadzin itu sudah cukup menjadi bukti bahwa agama Islam memanggil umatnya setiap saat untuk meraih kebahagiaan.

Penulis kutipkan ayat-ayat yang memuat kalimat tersebut.

Pertama, Bertaqwalah kepada Allah agar kalian berbahagia. (QS.2.189).

Kedua, Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian makan riba yang berlipat-lipat. Bertakwalah kepada Allah SWT agar kalian bahagia. (QS.3.130).

Ketiga, kenanglah anugerah Allah agar kalian bahagia (QS.7:69).

Keempat, Apabila selesai melaksanakan sholat, menyebarlah dipenjuru bumi. Carilah anugerah Allah dan banyaklah ingat kepada Allah agar kalian bahagia. (QS.62:10).

Ayat-ayat diatas tidak saja menunjukkan bahwa tujuan akhir dari semua perintah Tuhan dan nabi-Nya adalah supaya kalian berbahagia, tetapi juga perincian perbuatan yang bisa membawa kita kebahagian. Di dalam beberapa hadits, membahagiakan orang lain dipandang sebagai amal saleh yang sangat mulia di hadapan Allah SWT.

Penulis kedatangan tamu dari Wringin arak-arak, ia di vonis oleh dokter terkena penyakit batu empedu yang harus di operasi. Namun, sebelum di operasi ia dibawa kepada orang pintar, ia disarankan tidak usah di operasi karena penyakit tersebut bukan termasuk penyakit medis, melainkan penyakit non medis alias terkena sihir. Ia beserta keluarga kerumah penulis untuk di ruqyah namun demikian ia hanya sedikit reaksi, sehingga penulis mengambil kesimpulan penyakitnya adalah medis. Setelah diruqyah, ia penulis anjurkan untuk memakai terapi air hujan sesuai sabda nabi Muhammad saw di dalam kitab khazinatu al-asrari karya imam Haqqi al-Nazili, riwayat Umar bin Khottab ra.

"Barangsiapa yang mengambil air hujan dan dibacakan surah al-fatiha 70 kali, ayat kursi 70 kali, al-Ikhlas 70 kali, al-Falaq 70 kali, dan al-Nas 70 kali. Demi Allah, yang jiwaku ada ada dalam genggaman-Nya, sesungguhnya Jibril datang kepadaku dan memberitahuku, bahwa barang siapa yang minum air tersebut selama tujuh hari berturut-turut menjelang tidur dan bangun tidur, maka Allah SWT akan menghilangkan segala macam penyakitnya, akan menyembuhkan penyakitnya, dan mengangkat penyakitnya yang ada dalam syarafnya, dagingnya, darahnya, tulang belulangnya, dan dari seluruh anggota tubuhnya."

Subhanallah wa alhamdulillah, puterinya yang bernama Melisa kemarin menelfon penulis dan ia mengatakan,

"Assalamualaikum ust., terima kasih. Alhamdulillah berdasarkan hasil lab. ibu saya negatif dari penyakit batu ginjal." tutur puterinya. "alhamdulillah, syafahallah..." jawab penulis. Sungguh menjadi kebahagiaan tersendiri, manakala kita bisa membantu orang lain sesuai dengan kemampuan kita masing-masing.

Penulis juga punya program masak bareng bersama fakir miskin dan orang-orang yang sangat membutuhkan uluran tangan kita, mulai dari desa Prajekan sendiri, Sumberanom, Tarum, Cangkring dan desa-desa yang lain.

Oleh karena itu, ternyata kebahagiaan itu tidak bisa didapatkan ketika kita mendapatkan sesuatu dari orang lain, justeru kebahagian yang sangat besar kita dapatkan, manakala kita bisa memberi dan berbagi dengan orang lain.

Bondowoso, 18 Agustus 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Esensi Menyambut Tahun Baru Islam

Esensi Menyambut Tahun Baru Islam Oleh: Dr. Muhammad Saeful Kurniawan, S.Pd., M.Pd.I Masa Rasulullah saw Islam hanya memi...