Aktualisasi Keimanan Nabi Ibrahim as. di Era Millenial
Oleh: Dr. Saeful Kurniwan, S.Pd., M.Pd.I
Masjid Besar Al-Mukhtar Kecamatan Tenggarang menyelenggarakan sholat idul adha untuk mengenang peristiwa agung seorang ayahanda yang melakukan misi besar dan heroik dari Allah SWT. yaitu, Nabiyullah wa kholilullah Ibrahim as. yang mau menyembelih putera kesayangannya sendiri yaitu, nabi Ismail as.
Yang yang bertindak sebagai master of ceremony (MC) ananda Moh. Zainul Hasan, S.Pd. Ia membacakan strutur acara mulai pertama sampai selesai dengan cermat dan lugas. Sementara bapak Sukaryo, S.Sos selaku ketua takmir masjid al-Mukhtar dalam sekapur sirihnya (sambutan)nya, menyampaikan ucapan terima kasih kepada segenap pengurus takmir yang telah berpartisipasi atas terselenggara dan suksesnya acara tersebut dan juga ia menyampaikan ucapan terima kasih kepada masyarakat, khususnya warga sekitar atas kepercayaannya menyerahkan hewan qurbannya, kepada pengurus takmir.
Bilal atau murakki idul adha dibacakan oleh ust. Moh. Fathurrazi salah satu perangkat takmir Masjid Besar al-Mukhtar Kecamatan Tenggarang Bondowoso.
Imam sholat idul adha dipimpin oleh ust. Syafiudin selaku imam tetap masjid besar al-Mukhtar, ia melantunkan surat al-A'la dengan suara yang merdu dan syahdu sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid.
Sementara penulis di percaya sebagai khatib idul adha dengan tema, " Aktualisasi Keimanan Nabi Ibrahim as. di Era Millenial."
Pertama, penulis sebagai khotib memanjatkan puji sykur kehadirat Allah SWT. yang senantiasa memberikan karunia dan anugerah-Nya kepada kita semua. Dan shalatullah wa salamuhu semoga tetap mengalir deras kepada Sayyidu al-Wujud Muhammad saw., keluarga dan para sahabatnya yang membawa kita dari alam kebodohan ke alam keilmuan saat ini.
Kedua, penulis sebagai khotib berwasiat kepada diri khotib sendiri dan kepada seluruh sidang sholat idul adha yang hadir untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT. setiap saat karena ajal yang ditentukan oleh Allah adalah misteri. Caranya, dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Ketiga, Penulis sebagai khotib menyampaikan, pengorbanan teragung sepanjang sejarah, adalah pengorbanan seorang ayah untuk menyembelih putera kesayangan demi semata-mata memenuhi titah Tuhan-Nya.
Sesungguhnya Allah tidak hendak menyiksa perasaan kebapakan Nabi Ibrahim. Allah tidak hendak mengambil nyawa Nabi Ismail. Allah hanya ingin menguji seberapa tinggi nilai keimanan Nabi Ibrahim. Dan Allah hanya ingin menguji seberapa besar baktinya Nabi Ismail kepada ayahandanya.
Dalam ayat lain, yang termaktub dalam surat al-Baqarah ayat 124 disampaikan,
"Dan ketika Tuhannya menguji Nabi Ibrahim dengan beberapa kalimat, maka ia menyempurnakan (menunaikan)nya."
Imam as-Suyuthi dalam tafsir al-Bayan yang penulis baca kemarin, ayat tersebut menunjukkan Allah menguji Nabi Ibrahim as. untuk ditunjukkan kepada umatnya bagaimana kualitas imannya Nabi Ibrahim dan puteranya Nabi Ismail as.
Hal ini juga, diperkuat dengan sabda Nabi Muhammad saw.,
"Jika Allah SWT. mencintai hamba-Nya, niscaya Allah akan mengujinya."
Oleh karena, berbahagialah kita, jika diuji dengan ketakutan, kekurangan, kebangkrutan, kematian dan kehilangan harta benda karena itu semua bentuk kasih sayang Allah SWT. kepada kita.
Dan bagi para remaja millenial, salah satu implimentasi keimanan nabi Ibrahim di era millenial ini, kalian harus tabah menjalani kehidupan dan sabar dalam menimba ilmu di sekolah dan kampus. Selain dari itu, remaja millenial harus menjadi pribadi unggul (personal excellent) yang mampu bertahan dalam keterpurukan dan tidak menjadi beban orang lain terutama kedua orang tuanya.
Keempat, penulis sebagai khotib menutup khutbah idul adha dengan pembacaan doa. Penulis dalam memanjatkan doa memakai bahasa indonesia agar bisa dimengerti dan dipahami oleh para jemaah. Kontens doa yang penulis lantunkan, penulis mencoba mengajak mengaktualisasi keimanan Nabi Ibrahim as., mengajak bertaubat yang selama ini banyak melakukan kedurhakan kepada Allah SWT dan melakukan hal-hal yang menyakiti hati orang tua.
Intinya, penulis sebagai khotib mencoba membangunkan emosi para jemaah, untuk menyadari dan mengevaluasi diri selama ini, sehingga tidak sedikit dari mereka yang merasa terenyuh, dan meneteskan air matanya.
Semoga khutbah idul adha kemarin yang diselenggarakan oleh pengurus takmir masjid besar al-Mukhtar Kecamatan Tenggarang Bondowoso mendapatkan maunah Allah dan bersamaan dengan Ridho-Nya. Amin.
Bondowoso, 11 Agustus 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar