Jumat, 02 Agustus 2019

Korelasi Jihad Dengan Pendidikan



Korelasi Jihad Dengan Pendidikan

Ada beberapa pandangan mengenai tentang Jihad. Beragam pandangan dalam memaknai sejatinya jihad. Ada sebagian kelompok yang salah mengartikan Jihad. Ini mungkin disebabkan oleh seringkalinya kata itu terucapkan pada saat terjadinya kontak senjata sehingga hal-hal yang bersifat tindakan fisik dianggap Jihad. Kesalahan tersebut disuburkan dengan adanya terjemahan keliru terhadap ayat al-Qur'an, menyinggung topik jihad, dengan kata anfus dan harta benda.

Kata anfus seringkali diterjemahkab dengan "jiwa". Terjemahan al-Quran  oleh Departemen Agama diartikan demikian, misalnya QS.8:72;49:15, walaupun ada juga yang menterjemahkan dengan "diri" (QS.9:88).

Ada sekitar 40 kali kata jihad disebut dalam al-Quran dengan beragam bentuknya.

Sejatinya, makna jihad itu bermuara pada "mencurahkan segala power diri" atau "menanggung pengorbanan."

Mujahid adalah orang yang mencurahkan seluruh kemampuannya dan berkorban dengan nyawa atau tenaganya, pikiran, emosi, kesungguhan, obsesi tinggi, dan apa saja yang mampu menghantarkan diri manusia kejenjang yang ia inginkan.

Sementara jihad adalah cara untuk mencapai tujuan. Jihad tidak mengenal, pesimis, penakut, lesu, dan menunggu uluran tangan orang lain (pemerintah).

Penulis mencoba  berjihad melalui jalan pendidikan sampai tuntas. Pasalnya, penulis dalam menempuh penyelesaian doktornya banyak aral yang melintang untuk menggagalkannya, mulai dari cemoohan orang sekitar yang tidak punya nyali untuk menempuh studi lanjutan, terbatasnya finansial, dan ancaman maut karena setiap malam sabtu penulis  berangkat ke pasca sarjana UIN Malang naik bus yang sewaktu-waktu nyaris terjadi kecelakaan lalin (lalu-lintas).

Beragam jihad bisa dilakukan, misalnya para akademisi melanjutkan studi pendidikannya sampai selesai sehingga ilmunya bisa mengalir deras kepada orang yang membutuhkannya.

Sementara buah jihad karyawan adalah pelayanannya terbaik (customer cervis), guru pendidikannya yang sempurna, pemimpin (leaders) adalah ketegasan dan keadilannya, enterpreneur adalah kejujurannya, demikian seterusnya.

Indonesia sebelum merdeka, boleh jadi jihad berupa terenggut  nyawanya. Namun sekarang, sejatinya bukan ikut berperang di negara lain, misalnya ikut berperang di Iraq, Suriah, Yaman dan negara-negara konflik lainnya akan tetapi jihad harus membuahkan terpeliharanya jiwa, mewujudkan kemanusiaan yang adil dan beradab, dan membangun SDM yang melalui pendidikan sehingga mampu menyongsong dan bersaing di era revolusi industri 4.0.

Seperti halnya firman Allah SWT.,

"Apakah kamu menduka akan masuk Surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang berjihad diantara kamu, dan belum nyata pula yang tabah?..." (QS.3.142).

Semoga beliau di anugerahi panjang umur yang barokah karena kita masih butuh nasehat dan petuahnya yang dituangkan dalam karya fenomenalnya di era revolusi industri 4.0.


Dr. Saeful Kurniawan, M.Pd  2 Agustus 2019

1 komentar:

Esensi Menyambut Tahun Baru Islam

Esensi Menyambut Tahun Baru Islam Oleh: Dr. Muhammad Saeful Kurniawan, S.Pd., M.Pd.I Masa Rasulullah saw Islam hanya memi...