Senin, 22 Juli 2019

Urgensi Syukur


Urgensi Syukur

Kemarin yayasan at-Taqwa Bondowoso mengadakan Tasyakkuran atas terselesainya gedung ruang kelas baru (RKB). Dalam acara itu yang bertindak sebagai pimpinan Dzikru al-Ghofilin dan at-Taqwa bersholawat adalah tokoh NU yang cukup familiar dan populer dimasyarakat Bondowoso yaitu KH.Syaiful Rijal yang dipanggil Gus Syef dari Jember. Turut hadir dalam acara tersebut direktur pascasarjana IAIN Jember sekaligus pembina Yayasan bapak Prof. Dr. H. Abdul Halim Soebahar yang didampingi oleh wakil ketua yayasan at-Taqwa Bondowoso Drs. KH. Kholil Syafi'ie, M.Si. Dalam kesempatan tersebut KH.Syaiful Rijal. menyampaikan,

"Yang megah itu tidak hanya bangunan gedungnya, tapi harus berbanding lurus dengan pengembangan SDM  nya sesuai dengan namanya at-Taqwa". Inbuhnya sambil menyentil panitia, pasalnya beliau datang tepat waktu (on time) sementara lokasi acara masih sepi.

Sementara Drs. KH. Kholil Syafi'ie, dalam sambutannya menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam terselesainya gedung tersebut, terutama ucapan terima kasihnya disampaikan kepada arsitektur bangunan yang sudah sukses 100%.

Oleh sebab itu, syukur harus diimplementasikan dengan kedisiplinan dalam berorganisasi,  sebagaimana firman Allah,

"Dan Dia yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau ingin bersyukur. (QS.al-Furqon:62).

Kata syukur yang sudah menjadi bagian dari kosakata bahasa Indonesia, berasal dari bahasa Arab. Dalam bahasa asalnya, syukur ditulis dengan syukr yang merupakan bentuk masdar. Kata kerjanya adalah syakara (madli), dan yasykuru (mudhari'). Di samping itu, ada pula kata syukuur yang dua kali disebut dalam al-qur'an, yakni dalam surat al-furqan:62 dan surat al-Insan:94.

Sementara itu, di Indonesia khususnya Bondowoso populer dengan sebutan tasyakkur. Imam al-Razi menerangkan bahwa kalimat tasyakkara lahu sama dengan kalimat syakara lahu. Dalam KBBI, kata syukur diartikan sebagai bentuk terima kasih kepada Allah SWT. Secara epistimologi syukur adalah pujian kepada yang telah berbuat baik atas apa yang dilakukan kepadanya. Urgensi syukur menampakkan anugerah nikmat dengan menyebut-nyebut nikmat dan pemberinya dengan lidah. Penulis menghadiri acara tasyakkur atas selesainya ruang kelas baru (RKB) dengan beberapa rangkaian acara, mulai dari acara semaan al-qur'an, dzikru al-Ghofilin, dan at-Taqwa bersholawat ini sebagai bentuk dari syukur bil lisan atas limpahan nikmat yang diberikan oleh Allah SWT.




Sementara menurut terminologi kata syukur adalah pengakuan terhadap nikmat yang diberikan oleh Allah SWT dengan disertai ketundukan kepada-Nya dan mempergunakan nikmat tersebut sesuai dengan kehendak Allah SWT.

Imam al-Ghazali dalam kitab ihya ulumuddin yang penulis baca dan telaah tadi malam, mengklasifikasikan syukur atas tiga macam, yakni:

Pertama, ilmu yaitu pengetahuan tentang nikmat dan pemberinya. Artinya, institusi pendidikan ini tidak saja membangun gedung tapi juga membangun sumber daya manusianya sehingga akan selalu memuji Allah dan tidak akan muncul keinginan memuji yang lain.

kedua, kondisi spritual yaitu karena pengetahuan dan keyakinan tadi melahirkan jiwa yang tenteram. Mensyukuri itu tidak hanya mencintai nikmatnya saja tapi juga mencintai yang Maha Pemberi Nikmat yaitu Allah SWT.

Ketiga, Syukur bil af'al atau amal perbuatan (aplikasi), ini berkaitan dengan hati, lisan, dan anggot badan. Hati punya obsesi ingin mengaplikasikan kebaikan. Lisan menampakkan rasa syukur dengan cara mengadakan ritual keagamaan. Anggota badan melakukan perbaikan menyeluruh (totalitas). Dengan syukur bil arkan ini, diharapkan at-Taqwa kedepan bisa melakukan proses total quality management (TQM) atau manajemen mutu terpadu (MMT). Edward Sallis mengklasifikasikan pengembangan mutu terpadu dalam institusi pendidikan menjadi tiga bagian, yaitu:

Pertama, Pengembangan Mutu Terpadu dengan konsep absolut. Dalam konsep ini, at-Taqwa kedepan bisa mampu meluluskan dan mengorbitkan out put yang berkualitas tinggi.

Kedua, pengembangan mutu terpadu dengan konsep relatif. Dalam konsep ini, at-Taqwa kedepan bisa menawarkan pengembangan stakeholder dan semua pihak-pihak terkait SDM yang unggul dan terpercaya.

Ketiga, Pengembangan Mutu Terpadu dengan konsep custumer cervis meningkatkan pelayan prima terhadap pelanggan pendidikan, karena menurut Peter pelanggan pendidikan akan mau membayar lebih untuk mutu yang baik, tanpa menghiraukan tipe produknya.

Oleh karena itu, dengan adanya acara tasyakkur  terselesainya ruang kelas baru kemarin, paralel dan berbanding lurus dengan rasa syukur bil arkan kita dengan cara mengejawantahkan perbaikan mutu terpadu secara menyeluruh dari semua aspek sebagai mana yang disampaikan oleh KH.Syaiful Rijal,

"institusi ini tidak hanya megah gedungnya tapi juga ada pengembangan pendidikan spritual sebagaimana namanya "at-Taqwa".

Semoga orang-orang yang berada dibawah naungan yayasan  tercinta tersebut, senantiasa  termasuk orang-orang yang selalu bersyukur kepada Allah SWT dan merasa diri cukup serta puas atas nikmat yang dikaruniakan Allah SWT kepada kita semua.

1 komentar:

Esensi Menyambut Tahun Baru Islam

Esensi Menyambut Tahun Baru Islam Oleh: Dr. Muhammad Saeful Kurniawan, S.Pd., M.Pd.I Masa Rasulullah saw Islam hanya memi...