MANAJEMEN KONFLIK
Di masyarakat terdiri beberapa komunitas yang bersifat heterogen yang bisa berpotensi memuncul problematika dimasyarakat. Hal ini disebabkan banyaknya kepentingan antar kelompok dalam struktur organisasi, pendukung pelaksana ormas memiliki latar belakang, kepentingan, tugas, wewenang dan tanggung jawab yang bervariasi.
Di daerah Prajekan ada dua komunitas musik dangdut bernama OM. Dewantara dan OM. Pranada yang satu dipimpin oleh bapak Prastyo dan yang satunya dipimpin oleh bapak Hidayat. Persaingan antar komponen, kepentingan, tujuan, kebutuhan, individualisme yang makin merebak, materialisme ekaklusif menimbulkan riak-riak yang berpotensi terjadi konflik dalam kehidupan keorganisasian di masyarakat. Belum lagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga memiliki implikasi pada perubahan sosial dan pertumbuhan yang tidak merata (Kartini Kartono, 1991.212.) Yang dapat mendorong munculnya konflik yang harus dikelola oleh masing-masing top leadernya sebagai peminpin orkes dangdut OM. Dewantara dan OM. Pranada. Sehingga hal ini menarik perhatian bapak Fandi Sofyan selaku mantan kepala desa Prajekan Lor untuk menyatukan dua komunitas musik dangdut dalam sebuah acara yang bertajuk "Saur Bersama". Yang bertindak sebagai nara sumber adalah penulis sendiri dengan tema "Manajemen Konflik".
PEMBAHASAN
Kata konflik menurut bahasa Yunani con-figere, conflictm yang berarti saling berbenturan. Arti kata ini menunjuk pada semua bentuk benturan kepentingan, tabrakan keinginan, ketidaksesuaian pendapatan, ketidakserasian tujuan, pertentangan visi, perkelahian fisik atau non fisik dan interaksi yang antagonis.
Ada tiga persepsi dan sudut pandang terhadap terjadinya konflik.
Pertama, aliran tradisionalis dimana aliran ini menganggap konflik itu momok yang menakutkan. Oleh sebab itu konflik harus dihindari dan dicegah dengan cara menemukan sumbernya dan diatasi.
Kedua, aliran behavioral dimana aliran ini menilai konflik sebagai hal yang alamiah, wajar terjadi dalam organisasi karena tanpa dicipta konflik seyogyanya terjadi dalam oraganisasi termasuk dalam organisasi pendidikan dan group musik dangdut. Atas dasar itu tidak selamanya konflik itu jelek dan merugikan tetapi juga bisa menguntungkan dengan catatan konflik harus di menej dengan baik.
Ketiga, aliran interaksi dimana aliran ini memandang konflik itu harus diciptakan. Pandangan penulis organisasi yang tenang, harmunis, penuh kedamaian, maka kondisinya akan menjadi statis, stagnasi dan tidak inovatif. Implikasinya oraganisasi tersebut tidak akan bisa bersaing untuk menjadi organisasi yang maju dan unggul.
KESIMPULAN
Tidak semuanya konflik itu bersifat destruktif tapi juga ada konflik yang bersifat konstruktif asalkan dikelola dengan tiga metode.
Pertama metode "the influence line" menggali akibat dari konflik. Artinya masing-masing personal membuat konsep dan hasilnya dipresentasikan dalam pertemuan untuk mediteksi sejauh mana konflik itu terjadi. Kedua metode "Hand Mirrorin" mendialogkan konflik yang terjadi.Artinya disediakan topik dialog dan kemudian diminta masing-masing pihak yang berkonflik untuk berdialog dalam rangka mencari solusi dan alternatifnya. Ketiga metode "Checking Expectation" Artinya Pihak yang mempunyai otoritas harus membuka konflik harapan antara individu yang berkonflik dengan peranannya.Pemimpin tersebut bisa melihat apakah ada pertentangan dan perbedaan issue yang diberikan.
Dr. Saeful Kurniawan, M.Pd.I 14 Juli 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar