KH. Ghazali
Utsman Sang Revolusioner yang Visioner
Wajah pondok
pesantren Salafiyah Syafi'iyah pada tahun ajaran 1930 hingga 1999 masih menjadi
pesantren yang tradisionalis dan klasik karena sejauh yang penulis ketahui
semua infrastrukturnya masih sangat sederhana sekali dan sangat jauh dari kata
sempurna. Pesantren al-Utsmani berada didaerah pedalaman dan terpencil kalau
dilihat dari sebelah barat akan nampak pemandangan bukit yang terjal, jika
dilihat dari sebelah timur akan terlihat seperti hutan belantara. Namun setelah
estafet kepemimpinan diganti oleh beberapa generasi sampai pada generasi ke
tiga yaitu KH.Qusyairi Utsman dan KH.Ghazali Utsman wajah al-Utsmani
berangsur-angsur mulai ada perubahan dan perkembangan yang cukup signifikan.
PEMBAHASAN
KH.Ghazali
Utsman adalah putera pendiri pondok pesantren al-Utsmani yaitu KH.Mas'udin yang
populer dengan sebutan KH.Utsman. Dalam kepemimpinannya pesantren bukan sekedar
memberikan berbagai macam ilmu pengetahuan (knowledge) tetapi membentuk
kepribadian manusia seutuhnya (insan kamil). Pada kerangka ini, formulasi dari
KH.Ghazali Utsman tentang tujuan institusi pendidikan pesantren menjadi luapan
proses pendidikan Islam. Beliau menyatakan pesantren selain menumbuhkan,
memperkuat, dan menyeimbangkan (balance) bakat dan potensi serta mempersiapkan
akal dan mentalitas untuk merenungkan kejadian langit dan bumi termasuk
merenungkan kejadian asal kejadian manusia dan kehidupan sesudahnya agar dapat
beriman kepada Allah SWT. Oleh karena itu, beliau melakukan revolusi kebijakan
yang cukup mendasar dimana al-Utsmani semula hanya mengembangkan pendidikan
agama an sich tapi sekarang mendirikan institusi pendidikan umum mulai
pendidikan PAUD, RA,Mts,SMA, dan insyaallah dalam waktu dekat akan membuka
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) al-Utsmani. Menurut beliau pesantren masa
depan dalam penjelmaannya lembaga pendidikan Islam perlu tampil berani
memberikan tawaran alternatif bagi penyelesaian dikotomi pendidikan pesantren
versus umum yang sejatinya kedua identitas pendidikan tersebut include menjadi
satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan oleh satu sama lainnya. Agar nantinya
pesantren salafiyah tetap survive serta dapat memenuhi tuntutan masyarakat
(social demand).
Lompatan
berfikir beliau yang selama ini diatas rata-rata dan langkah-langkahnya yang
cukup agresip dan progresip tentunya tidak terlepas dari risestensi dari mereka
yang mempunya mind set stagnasi di lingkungan pesantren tersebut. Beliau juga
pernah berkata pada penulis "Al-Utsmani kedepan inginnya mendirikan kampus
kedokteran" dawuhnya. Hal ini juga menjadi anjuran pendidikan Islam
sebagaimana yg disampaikan oleh beberapa pakar pendidikan
Islam."al-muhafadzu bi al-qodimi al-sholih, wa al-akhdu bi al-jadidi
al-ashlah". Artinya mempertahankan pola lama yang baik dan mengambil pola
baru yang lebih baik.
Manajemen
pesantren unggul pada hakikatnya dilaksanakan melalui kegiatan fungsi manajemen
pesantren yaitu planning, organizing, actuating, dan controling yang populer
dengan sebutan POAC. Hubungan diantara fungsi manajerial merupakan satu
kesatuan sebagai proses yang berkesinambungan.
KESIMPULAN
Pesantren
unggul dan masa depan agar tetap survive di tengah-tengah arus globalisasi dan
teknologi ini top manajernya harus melakukan tehnik analis SWOT sebagaimana
yang sudah dilakukan oleh KH. Ghazali Utsman untuk menjawab tantangan zaman.
SWOT (Strength, Weeknes, Opportunity, Threat) Dengan teknik ini akan diketahui
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang di hadapi oleh pondok pesantren
diera digital ini.
Dr. Saeful
Kurniawan, M.Pd.I 09 Juli 2019.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar