Dalam berinteraksi sosial yang
bersifat heterogen mulai dari latar belakang pendidikan, lingkungan, keluarga,
keturunan, kekayaan, dan jabatan, sudah barang tentu akan terjadi pertentangan,
perselisihan, permusuhan bahkan perceraian. Mereka menganggap hanya dirinya
yang paling sedih, terpuruk di dunia. Ketika mereka tidak punya keyakinan dan
keimanan yang kuat maka, boleh jadi akan menempuh jalan pintas, seperti pergi
kediskotik, hiburan malam, dan melakukan minuman keras untuk menghibur dan
membahagiakan dirinya, padahal sejatinya prilaku tersebut akan menambah dan
memperparah keadaannya sendiri. Kata kuncinya (kay word) untuk bisa survive mengahadapi segala
problematikanya adalah dengan SABAR. Sebagaimana firman Allah SWT,
"Sesungguhnya, hanya
orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas."
(QS.al-Zumar:10)
Makna yang tersirat dari ayat
diatas, persoalan hidup akan terasa ringan manakala kita mampu menangkap
indikatornya, diantaranya;
Pertama, jangan bersedih, perlu
adanya studi komparasi musibah yang terjadi pada orang lain. Penulis kedatangan
tamu dari Sumenep Madura satu keluarga yang terdiri dari suami isteri, sekitar
jam 23.00 WIB.
Mereka menanyakan apa kekayaannya
itu bisa kembali lagi? awalnya penulis kebingungan, namun akhirnya ingat ada
kitab Abu Ma'syar al-Falaki disana penulis mencoba melihatnya dengan metode
rumus a ba jadun dll. Di dalam kitab tersebut disebutkan, pasangan keluarga ini
pernah sukses dalam bisnisnya, ia banyak propertinya mulai dari kapal ikan,
mobil, rumah mewah, dan deposito di Bank tapi sekarang habis semua karena
suaminya selingkuh dengan perempuan lain dan mencampakkan anak isterinya.
Penulis arahkan agar ia bertaubat dan kembali kepada keluarganya. Akhirnya
kondisi mereka perlahan-lahan pulih menjadi normal kembali.
Kedua, Jangan bersedih...Musibah
itu hanya menimpa diri kita bukan orang lain. Bagaimana misalnya musibah yang
terjadi terkait dengan keyakinan dan agama seperti halnya yang terjadi
pembunuhan dan pembantaian di Palestina, Suriah, Yaman, Iraq, Afganistan,
Pakistan dan Myanmar.
Ketiga, jangan bersedih. Pertajam
penghambaan (ubudiyah) kita kepada Allah, dalam sebuah kepasraan pada saat-saat
tertekan terkadang lebih mujarab dan agung dibandingkan dengan yang dilakukan
pada saat-saat bahagia.
Penulis pernah mengalami
kekurangan dana puluhan juta rupiah untuk buaya ujian terbuka, sehingga penulis
tambah intens dalam berdoa kepada Allah pada sepertiga malam. Alhamdulillah,
diberikan kemudahan untuk mendapatkan uang sebanyak itu hanya dengan hitungan
hari saja.
Keempat, jangan bersedih, hadapi
musibah. Tidak boleh menghindar dari persoalan hidup, karena ketika menghindar
justru akan menambah persoalan hidup yang baru. Ada saudara penulis punya
persoalan dengan isterinya lalu kemudian, ia pulang kerumah orang tuanya,
bukannya selesai problematika keluarganya justru tambah rumit dan akhirnya
digugat cerai oleh isterinya.
Kelima, jangan bersedih.Karena
bisa mendatang penyakit fisik. Dr. Russell Cecil dari Fakultas Kedokteran Universitas
Cornell menyebutkan, larut dalam kesedihan akan berdampak terhadap distribusi
dalam tubuh. Ada tetangga penulis yang ditinggal mati oleh suaminya tiba-tiba
strok karena diakibatkan selalu meratapi matinya pujaan hatinya.
Keenam. Jangan Bersedih karena
dikritik. Andre Moor mengatakan, "Segala sesuatu yang sesuai dengan
keinginan kita tampak menjadi sebuah kebenaran, dan yang tidak sesuai akan
memicu kemarahan kita." Demikian halnya, penulis acapkali dikoreksi ketika
mengisi kajian interaktif. Penulis merasa itu sebagai injeksi positif agar
kedepan lebih baik lagi.
Ketujuh, jangan bersedih dengan
ujian hidup. Dr. Samuel Johnson mengatakan, " Kebiasaan melihat sisi baik
dari semua peristiwa jauh lebih berharga daripada mendapatkan penghasilan seribu
poundsterling dalam setahun."
Ada salah satu mahasiswa curhat
kepada penulis karena dicampakkan saat ia hamil tujuh bulan. Ia mengeluh,
"saya sudah tidak kuat lagi ust!" keluhnya. Penulis mencoba
memberikan motivasi padanya, "Hidup hanya sekali, jangan habiskan hidupmu
larut dalam keterpurukan hanya memikirkan lelaki pengecut seperti dia, hidupmu
masih panjang, songsong dengan hati ceria. Karena wanita hebat itu, ia yang
mampu bertahan dalam keterpurukan." tutur penulis.
Oleh karena itu, jangan bersedih...karena
kesedihan yang mendera kalian akan meluluh lantakkan kehidupan anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar