Minggu, 28 Juli 2019

Jangan Bersedih




Dalam berinteraksi sosial yang bersifat heterogen mulai dari latar belakang pendidikan, lingkungan, keluarga, keturunan, kekayaan, dan jabatan, sudah barang tentu akan terjadi pertentangan, perselisihan, permusuhan bahkan perceraian. Mereka menganggap hanya dirinya yang paling sedih, terpuruk di dunia. Ketika mereka tidak punya keyakinan dan keimanan yang kuat maka, boleh jadi akan menempuh jalan pintas, seperti pergi kediskotik, hiburan malam, dan melakukan minuman keras untuk menghibur dan membahagiakan dirinya, padahal sejatinya prilaku tersebut akan menambah dan memperparah keadaannya sendiri. Kata kuncinya (kay word) untuk  bisa survive mengahadapi segala problematikanya adalah dengan SABAR. Sebagaimana firman Allah SWT,

"Sesungguhnya, hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." (QS.al-Zumar:10)

Makna yang tersirat dari ayat diatas, persoalan hidup akan terasa ringan manakala kita mampu menangkap indikatornya, diantaranya;

Pertama, jangan bersedih, perlu adanya studi komparasi musibah yang terjadi pada orang lain. Penulis kedatangan tamu dari Sumenep Madura satu keluarga yang terdiri dari suami isteri, sekitar jam 23.00 WIB.

Mereka menanyakan apa kekayaannya itu bisa kembali lagi? awalnya penulis kebingungan, namun akhirnya ingat ada kitab Abu Ma'syar al-Falaki disana penulis mencoba melihatnya dengan metode rumus a ba jadun dll. Di dalam kitab tersebut disebutkan, pasangan keluarga ini pernah sukses dalam bisnisnya, ia banyak propertinya mulai dari kapal ikan, mobil, rumah mewah, dan deposito di Bank tapi sekarang habis semua karena suaminya selingkuh dengan perempuan lain dan mencampakkan anak isterinya. Penulis arahkan agar ia bertaubat dan kembali kepada keluarganya. Akhirnya kondisi mereka perlahan-lahan pulih menjadi normal kembali.

Kedua, Jangan bersedih...Musibah itu hanya menimpa diri kita bukan orang lain. Bagaimana misalnya musibah yang terjadi terkait dengan keyakinan dan agama seperti halnya yang terjadi pembunuhan dan pembantaian di Palestina, Suriah, Yaman, Iraq, Afganistan, Pakistan dan Myanmar.

Ketiga, jangan bersedih. Pertajam penghambaan (ubudiyah) kita kepada Allah, dalam sebuah kepasraan pada saat-saat tertekan terkadang lebih mujarab dan agung dibandingkan dengan yang dilakukan pada saat-saat bahagia.

Penulis pernah mengalami kekurangan dana puluhan juta rupiah untuk buaya ujian terbuka, sehingga penulis tambah intens dalam berdoa kepada Allah pada sepertiga malam. Alhamdulillah, diberikan kemudahan untuk mendapatkan uang sebanyak itu hanya dengan hitungan hari saja.

Keempat, jangan bersedih, hadapi musibah. Tidak boleh menghindar dari persoalan hidup, karena ketika menghindar justru akan menambah persoalan hidup yang baru. Ada saudara penulis punya persoalan dengan isterinya lalu kemudian, ia pulang kerumah orang tuanya, bukannya selesai problematika keluarganya justru tambah rumit dan akhirnya digugat cerai oleh isterinya.

Kelima, jangan bersedih.Karena bisa mendatang penyakit fisik. Dr. Russell Cecil dari Fakultas Kedokteran Universitas Cornell menyebutkan, larut dalam kesedihan akan berdampak terhadap distribusi dalam tubuh. Ada tetangga penulis yang ditinggal mati oleh suaminya tiba-tiba strok karena diakibatkan selalu meratapi matinya pujaan hatinya.

Keenam. Jangan Bersedih karena dikritik. Andre Moor mengatakan, "Segala sesuatu yang sesuai dengan keinginan kita tampak menjadi sebuah kebenaran, dan yang tidak sesuai akan memicu kemarahan kita." Demikian halnya, penulis acapkali dikoreksi ketika mengisi kajian interaktif. Penulis merasa itu sebagai injeksi positif agar kedepan lebih baik lagi.

Ketujuh, jangan bersedih dengan ujian hidup. Dr. Samuel Johnson mengatakan, " Kebiasaan melihat sisi baik dari semua peristiwa jauh lebih berharga daripada mendapatkan penghasilan seribu poundsterling dalam setahun."

Ada salah satu mahasiswa curhat kepada penulis karena dicampakkan saat ia hamil tujuh bulan. Ia mengeluh, "saya sudah tidak kuat lagi ust!" keluhnya. Penulis mencoba memberikan motivasi padanya, "Hidup hanya sekali, jangan habiskan hidupmu larut dalam keterpurukan hanya memikirkan lelaki pengecut seperti dia, hidupmu masih panjang, songsong dengan hati ceria. Karena wanita hebat itu, ia yang mampu bertahan dalam keterpurukan." tutur penulis.

Oleh karena itu, jangan bersedih...karena kesedihan yang mendera kalian akan meluluh lantakkan kehidupan anda.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Esensi Menyambut Tahun Baru Islam

Esensi Menyambut Tahun Baru Islam Oleh: Dr. Muhammad Saeful Kurniawan, S.Pd., M.Pd.I Masa Rasulullah saw Islam hanya memi...