Kamis, 18 Juli 2019

Ibu Misyati, Sang Pahlawan yang Terbuang


Ibu Misyati, Sang Pahlawan yang Terbuang

PENDAHULUAN

Seperti biasaya, penulis setelah sholat subuh rutin menulis artikel baik yang bersifat akademik atau non akademik. Setelah itu, penulis mengambil sepeda gunung bergegas menuju hamparan persawan yang hijau ranau sambil menyusuri anak sungai gunung Ijen. Ditengah perjalanan penulis rehat sejenak di warung bambu dipinggir jalan yang berjualan rujak dan kopi. Pemilik warung itu seorang ibu sepuh yang sudah ringkih tapi masih mempunyai semangat hidup yang tinggi dan etos kerja yang yang baik demi sekedar memenuhi sesuap nasi ke empat anaknya yang bernama ibu Misyati

PEMBAHASAN

Allah mewajibkan manusia untuk menjalin hubungan yang baik dengan-Nya dan menjalin hubungan yang baik dengan sesama manusia. Dan manusia yang paling dekat dan baik dengan kita adalah ibu dan bapak kita. Oleh karena itu Allah mewajibkan manusia berbakti kepada kedua orang tua setelah ibadah kepada Allah SWT. sebagaimana firman-Nya.
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya." (QS. al-Isra':23)

Kita dianjurkan untuk rendah hati kepada kedua orang tua. Meskipun anaknya sudah memiliki gelar sarjana, magister, doktor, jabatan, rumah mewah dan kendaran bagus tetapi kita sebagai anak tetap harus sopan dan menghormati keduanya.

Penulis tadi siang bertemu dengan sosok ibu yang sudah renta dan ringkih tapi masih berjuang untuk pendidikan anak-anaknya demi menggapai obsesi besarnya yaitu anak yang baik dan sukses. Pasalnya, ibu Misyati tersebut mempunyai empat anak laki-laki, yang pertama ada sudah menikah ada di Jakarta, nomer dua juga sudah menikah ada di Prajekan dan anak yang nomer tiga dan empat masih duduk di bangku sekolah menengah negeri (SMP Negeri 01 Prajekan).

Ibu Misyati menikah dengan suami pertama asal Situbondo dikarunia dua orang anak laki-laki. Namun, ditengah perjalanan beliau menjadi korban KDRT dan ditinggal oleh suaminya. Demi untuk menghidupi kedua anaknya ia rela merantau ke negeri Jiran Malaysia sebagai pembantu ibu rumah tangga selama tiga tahun. Hasil uang yang bekerja di Negeri Jiran ditabung untuk membangun rumahnya di kampung. Setelah tiga tahun kemudian ia pulang kekampung halaman dan menikah lagi dengan orang Sempol dan dikaruniai dua anak laki-laki lagi. Ibu Misyati membina rumah tangga dengan suami keduanya dengan bahagia sambil memondokkan putera keduanya yang bernama Budi dipondok pesantren selama tiga tahun. Setelah Budi lulus kemudian dinikahkan dengan seorang perempuan dari daerah Jhiret Cermee.

Dari keluarga Budi ini bermula malapeta yang memporak-porandakan kebahagian ibu Misyati.

Pasalnya, setelah Budi diberikan beberapa fasilitas berupa rumah bangunan dan ia bisa membeli sebuah mobil, ibu Misyati dan keluarganya diusir dari rumah sehingga ia harus hidup sebatangkara dirumah gubuk kecil yang terbuat dari bambu. Padahal puteranya yang nomer dua alumni pondok pesantren yang sedikit banyak mengerti agama.

Berbakti kepada ibu termasuk perbuatan yang paling dicintai oleh Allah SWT. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw yang diriwayatkan bahwa suatu ketika Ibnu Mas'ud berkata:
"Aku bertanya kepada Rasulullah amal apa yang paling utama ? Rasulullah menjawab , "Sholat tepat pada waktunya." Aku bertanya lagi," lalu apa lagi?"beliau menjawab, "Berbakti kepada ibu bapak."(HR.Muttafaq 'alaih).

Sesungguhnya salah satu tanda datangnya hari kiamat adalah manakala ada budak melahirkan tuannya. Hal ini sebagai mana sabda Rasulullah saw ketika Malaykat Jibril bertanya kepada beliau, "Kapan terjadi hari kiamat?"beliau menjawab." Orang yang ditanya tidak lebih mengetahui daripada orang yang bertanya." Malaikat Jibril bertanya lagi, "apa tanda-tanda hari kiamat?." Rasulullah saw menjawab, "apabila budak melahirkan tuannya." Pengertian dari hadits diatas adalah banyaknya prilaku anak durhaka kepada ibunya. Mereka bersikap kepada ibu kandungnya seperti memperlakukan kepada budaknya bahkan mereka berlaku kasar kepada ibunya.

Bulan kemarin penulis kedatangan rombongan santri pondok pesantren di daerah Tamanan tujuannya mau meruqyah salah seorang santri laki-laki yang sering memukul dan menganiaya ibu kandungnya sendiri. Kemarin juga penulis menasehati saudara putera seorang ustad di Koncer Kidul ia masih aktif l menjadi salah satu santri pondok pesantren. Ia mempunyai perangai buruk yang sering menyakiti ibunya dan berkelahi dengan bapaknya. 

KESIMPULAN

Oleh karena itu, kita sebagai orang tua wajib mendidik anak-anak kita sejak dini mulai dari pendidikan keluarga sampai kepada pendidikan sekolah tinggi. Karena hukuman anak durhaka kepada orang tuanya tidak hanya akan diberikan diakhirat saja, tetapi juga diberikan didunia. Kehidupan orang yang durhaka pasti akan mengalami beban psikologi akut yang menghantui hidupnya dan hidupnya juga tidak akan pernah tenteram. 

Oleh karena, ada kata bijak yang mengatakan" cinta orang tua sepanjang masa dan cinta anak sepanjang nikah saja."

Doakanlah mereka agar kita mendapatkan ampunan Rahmat dan Ampunan Allah. Mintalah restu dan doanya kepada kedua orang kita karena doa mereka diijabah oleh Allah SWT.

Dr. Saeful Kurniawan, M.Pd.I 19 Juli 2019

1 komentar:

  1. Dari kejadian yang ustad sampaikan sungguh sangat miris sekali, kok bisa anak sy sedikit banyak sudah belajar tentang agama tidak terbesit sedikitpun dalam hatinya untuk berbakti terhadap kedua orang tuanya..
    Terima kasih ustad telah berbagi cerita, dari kejadian tersebut kami dapat memetik hikmah Mungkin inilah tujuannya Allah menciptakan surga dan neraka...
    Sehingga kamu dapat memfungsikan otak dan fikiran kami, dari mana kami?, dimana kami?, dan hendak kemana kami berlabuh..?.....

    BalasHapus

Esensi Menyambut Tahun Baru Islam

Esensi Menyambut Tahun Baru Islam Oleh: Dr. Muhammad Saeful Kurniawan, S.Pd., M.Pd.I Masa Rasulullah saw Islam hanya memi...