Selasa, 23 Juli 2019

Hari Baik, Perspektif Islam


Hari Baik, Perspektif Islam


Islam dibangun atas dasar rasionalitas. Begitu juga syari'ah Islam di produksi tidak ada yang tidak masuk akal (irrasional). Kalau misalnya ada orang yang berasumsi hukum syari'ah tidak rasional, besar kemungkinan akalnya yang tidak sehat (human error).

Muslim sejati seyogyanya berkeyakinan bahwa semua yang terjadi atas skenario Tuhan yang bersifat konstruktif bagi dirinya. Segala hal yang menimpanya pasti menyimpan hikmah yang besar.

Satwasangka yang sarat dengan Metos sudah disinyalir oleh Allah SWT yang tersurat dalam firman-Nya,

"Mereka menjawab, "sesungguhnya kami bernasip malang karena kamu. Sungguh jika kamu tidak berhenti menyeru kami niscaya kami akan rajam kamu, dan kamu pasti akan merasakan siksaan yang pedih dari kami." Mereka para utusan berkata, " kemalangan kamu adalah ulah kamu sendiri. Apakah karena kamu diberi peringatan?.Sebenarnya kami kaum yang melampaui batas." (QS. Yasin:18-19)

Dikalangan masyarakat masih mewabah keyakinan hitungan jawa, nogo, dan hitungan lain.

Penulis pernah melangsungkan akad nikah dalam proses pernikahan dibulan suci ramadhan, keinginan ini ditentang keras oleh banyak pihak terutama dari keluarga besar yang sangat meyakini hitungan jawa. Pasalnya, menikah di bulan suci ramdhan tidak baik dan akan membawa sial.

Tapi penulis tetap bersikukuh dengan komitmen awal harus menikah dibulan suci ramadhan, sambil memberikan sedikit pencerahan kepada mereka,

" Bulan suci ramadhan adalah bulan yang penuh barokah (syahru al-barokah) dan juga bulan yang penuh kebaikan, dengan begitu harapannya menikah dibulan suci menjadi akad nikah yang penuh berkah (aqdu al-mubarakah)." terang penulis. Sesekali penulis menyampaikan firman Allah SWT.,

"Bulan ramadhan adalah bulan dimana dibulan tersebut, diturunkannya al-Qur'an."

Memang, ada bulan yang sunnah melangsungkan pernikahan yang dicontohkan oleh nabi Muhammad saw. yaitu hari rabu, sebagaimana sabdanya,

"Tidaklah suatu yang dimulai hari rabu kecuali sempurna."

Memang ketika membicarkan hadits diatas, menjadi tranding topik dikalangan para ulama. Imam as-Sakhawi menyangsikannya sebagaimana statemenya dalam kitab "maqoshid al-hasanah-nya. Ia membenturkan dengan hadits lain yang mempunyai derarajat marfu' jalur Jabir.

"Hari rabu adalah hari na'as yang berkelanjutan." (HR.Imam Thobrani).

Berbeda dengan pendapatnya Imam Burhanu al-Islam az-Zarnuji dalam magnun opus-nya "Ta'limu al-Muta'allim". berpendapat aktifitas baiknya seharusnya di mulai hari Rabu dengan alasan karena dengan hari itu cahaya Allah diciptakan. Sebagaimana halnya penulis, mulai berangkat mencari ilmu di pesantren al-Utsmani Beddian hari Rabu atas arahan dan titah dari sang guru penulis yaitu KH. Thoharuddin,  pengasuh pondok pesantren Nurul Hasan Koncer Jatian.

Selain dari itu, masih dalam topi hari baik dalam pernikahan adalah bulan syawal, sebagaimana sabda nabi Muhammad saw, riwayat Aisyah,

" Rasulullah saw menikahi saya pada bulan syawal dan menjimak juga bulan syawal."

Dengan adanya hadits diatas, para ulama secara aklamasi menegaskan kesunnahan akad nikah pada syawal.

Dengan demikian, kita dianjurkan oleh hukum syari'ah untuk melakukan hal baik pada hari baik, namun tentunya melarang melakukan hal baik pada hari hari dan bulan tertentu karena dengan alasan "NA'AS". Itulah landasan hari dan bulan baik yang acapkali dijadikan landasan oleh umat Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Esensi Menyambut Tahun Baru Islam

Esensi Menyambut Tahun Baru Islam Oleh: Dr. Muhammad Saeful Kurniawan, S.Pd., M.Pd.I Masa Rasulullah saw Islam hanya memi...