Penyerahan Peserta PPL 2019 STAI At-Taqwa di SMKPP N 1 Tegalampel |
Etika Guru, Perspektif Kitab Adabu al-'Alim wa al-Muta'allim
Sementara ini, acapkali peserta didik dituntut untuk beretika kepada guru-gurunya, padahal tidak sedikit guru yang memberikan contoh yang kurang baik kepada murid-muridnya.
Tidak salah manakala ada pepatah yang mengatakan,
"Jika gurunya kencing berdiri, maka muridnya akan kencing berlari."
Penulis sering menemukan beberapa murid yang kerap kali berbohong kepada orang lain, ternyata usut punya usut, setelah diobservasi ia dekat sekali dengan salah satu guru yang terkenal sering melakukan kebohongan (hoax).
Belum pernah mendengar pengasuh pondok pesantren, didemo dan diunjukrasa oleh santri-santrinya, sekalipun pondok pesantren itu tidak mengenal metode pembelajaran modern. Sementara itu, dilain kesempatan, kita sering disuguhi tontonan yang sangat memilukan memilukan. Pasalnya, banyak media elektronik, media cetak sering menayangkan prilaku amoral seorang murid mendeskriditkan gurunya bahkan tidak hanya itu, mereka ramai-ramai melakukan unjuk rasa kepada kepala sekolahnya yang disertai dengan prilaku premanisme dan pengrusakan (anarkis).
Oleh sebab itu, penulis mencoba memberikan warna metode pembelajaran perspektif kitab kuning karya KH. Hasyim Asy'ari pendiri ormas terbesar di Indonesia yaitu Nahdhatul Ulama (NU). Kemarin penulis diberikan kesempatan untuk mengisi pengajian kitab kuning oleh kepala sekolah SMKPP Tegalampel di ruang meeting room, dengan topik "Menjadi Guru Profesional".
Penulis menelaah dan membaca kitab Adabu al-'Alim wa al-Muta'allim tentang tatakrama seorang guru, berikut penjelasannya:
Pertama, Guru harus suci dari hadats kecil (berwudhu') sebelum mengajar. Penulis bisa dipastikan sebelum mengajar punya wudhu terlebih dahulu karena ilmu itu suci maka pemberi ilmupun juga seyogyanya harus suci.
Kedua, guru harus bersih. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad,
"Kebersihan itu sebagian dari iman."
Ketiga, guru dalam keadaan harum. Nabi Muhammad saw. bersabda,
"Sesungguhnya Allah SWT itu indah menyukai hal yang indah-indah."
Keempat, Guru harus berpakaian rapi yang sesuai dengan regulasi lembaganya. Penulis jika hendak mengajar dikampus memakai seragam yang memang sudah disediakan oleh pihak institusi pendidikan.
Keenam, Guru harus mendoakan muridnya, penulis setiap selesai sholat, bisa dipastikan menyisipkan bait-bait doa untuk anak dan murid, seperti halnya berikut ini:
"Ya Tuhan, jadikan putra-putri kami, mahasiswa kami, orang mencintai ilmu dan al-qur'an serta jadikan mereka penghafal al-qur'an."
Ketujuh, guru harus mengucapkan salam kepada murid-muridnya, sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw.
" Tebarkanlan salam..."
Kedelapan, guru harus memulai pembelajarannya dengan al-Qur'an. Penulis setiap mau mengajar pasti mengawali dengan bacaan basmalah dan ummu al-kitab atau surat al-fatihah tujuannya agar proses belajar mengajarnya mendapat barokah (Tabarrukan wa Tayammunan).
Kesembilan, guru tidak boleh bersuara keras dan lirih. Artinya, guru bersuara sesuai kebutuhan sekiranya bisa di dengar oleh peserta didik. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw. riwayat al-Khotib al-Baghdady:
" Sesungguhnya Allah menyukai suara yang lirih dan membenci suara lantang."
Kesepuluh, guru harus berani menjawab, "saya belum bisa" jika belum bisa jawab pertanyaan. Karena, menjawab "saya belum tahu" sebagian dari ilmu.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Muhammad bin Hakam, saya pernah bertanya kepada Imam Syafi'i tentang nikah mut'ah, apakah dalam pernikahan tersebut masih ada thalaq, hukum waris, dan nafaqah? Imam Syafi'i menjawab.
"Demi Allah, saya tidak tahu.!".
Setelah acara pengajian tersebut, ada acara serah terima PPL oleh DPL kepada kepala sekolah ibu Anik Sudiartini, S.Pd., M.Pd beliau sambil memberikan bekal kepada semua waka kurikulum dan dewan guru yang lain. Dalam sambutannya tersebut, beliau menyampaikan terima kasih dan apresiasi dengan adanya metode pembelajaran perspektif ulama salafiyah KH. Hasyim Asy'ari Jombang yang sudah terbukti mengorbitkan tokoh nasional sebut saja, KHR. As'ad Syamsul Arifin, KH. Zaini Mun'in, dan ulama-ulama nusantara lainya yang banyak berkiprah dalam mendidik umat dan bangsa ini. Alasannya, semua isi kitab tersebut memang sesuai dengan komitmenya dalam mengembangkan profesionatis guru di SMKPP.
Tujuannya, metode pembelajaran perspektif kitab klasik ini adalah untuk mengimbangi (cek and balance) terhadap metode pembelajaran barat yang saat ini banyak diganderungi oleh lembaga pendidikan kita. Selain dari itu, metode pembelajaran perspektif kitab klasik ini, penulis ingin melestarikan metode warisan para ulama kita, sebagaimana statemen mereka,
"al-Muhafadzatu bi al-qadimi al-sholih, wa al-akhdu bi al-jadidi al-Ashlah."
Artinya, melestarikan metode lama yang baik, dan mengambil metode baru yang lebih baik."
Acara pengajian kitab kuning di SMK Negeri Tegalampel Bondowoso berjalan baik dan khidmat dan diakhiri dengan pembacaan doa harapannya, semoga ilmu yang disampaikan tersebut memperoleh barokah.
Dr. Saeful Kurniawan, M.Pd 30 Juli 2019.
mantul
BalasHapus