Senin, 02 September 2019

Esensi Menyambut Tahun Baru Islam



Esensi Menyambut Tahun Baru Islam


Oleh: Dr. Muhammad Saeful Kurniawan, S.Pd., M.Pd.I


Masa Rasulullah saw Islam hanya memiliki penanggalan dan hitungan bulan saja belum menetapkan angka tahun. Pasca wafatnya Rasulullah saw estafet kepemimpinan di ganti oleh Abu Bakar al-Shiddiq, juga penanggalan Islam masih belum mempunyai angka tahun. Pada saat Umar bin Khattab menjadi kholifah, beliau mendapatkan surat dari Abu Musa al-Asy'ari bahwa Umar menulis surat tanpa angka tahun. Lalu kemudian diadakan pertemuan terbatas dengan jajaran pemerintahan membahas tentang hal yang menjadi tranding topik saat itu yaitu mengenai angka tahun. 



Sebagian sahabat berpendapat ikut penanggalan Romawi saja, ada yang berpendapat ikut penanggalan Persia saja. Akan tetapi kedua pendapat tersebut ditolak oleh forum. Suara mayoritas sahabat Islam seyogyanya harus mempunyai penanggalan sendiri. Para sahabat terjadi silang pendapat, pendapat pertama, tahun baru Islam di mulai dari lahirnya Rasulullah saw (Maulid Nabi Muhammad saw). Kedua, tahun baru Islam di mulai dari turunnya Wahyu. Ketiga, tahun baru Islam harus di mulai dari hijrahnya Rasulullah saw. Umar bin Khotthab sebagai pimpinan sidang mendengarkan suara terbanyak (mayoritas) yaitu tahun baru Islam di mulai dari hijrahnya Rasulullah saw. dari kota Mekah menuju kota Madinah.

Penetapan bulan pun di perdebatkan. Sebagian anggota sidang menginginkan dimulai bulan Ramadhan karena termasuk bulan yang suci penuh berkah. Sebagian anggota sidang menghendaki di mulai bulan Rabiul Awal karena lahirnya Rasulullah saw. Dan sebagian anggota sidang menghendaki dimulai bulan Muharram karena di bulan tersebut umat Islam sudah menyelesaikan ibadah haji, rukun Islam nomer lima. Berdasarkan aklamasi permulaan bulan tahun baru Islam diputuskan dan di tetapkan pada bulan Muharram berjalan hingga empat belas abad.

Sekarang kita memasuki bulan Muharrom, yang berarti kita akan meninggalkan tahun yang lalu dan melangkah pada tahun baru Hijriyah.

Dalam tahun baru ini, sejatinya kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan kualitas pengabdian kita kepada ALLAH SWT. Kalau tahun kemarin kita seringkali melakukan hal-hal yang di larang oleh Allah SWT maka mari kita berusaha untuk senantiasa memperbaikinya untuk menuju kesempurnaan.

Kalau bukan sekarang, lantas kapan lagi?pantaskah kita menunda waktu, padahal kita tidak tahu kehidupan kita berakhir?

Ingatlah bahwa Allah SWT tidak menjadikan hidup di dunia abadi selamanya, sebagaimana firman Allah SWT,

"Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelum kamu (Muhammad), maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal? Setiap jiwa akan merasakan kematian." (Al-Anbiya':34)

Dengan pengertian ayat diatas bahwa umur kita ada batas dan takarannya. Itu artinya umur kita setiap hari bukannya bertambah namun semakin hari semakin berkurang.

Oleh sebab itu, marilah sisa umur kita di tahun baru ini kita distribusikan untuk kemanfaatan bagi semua pihak terutama kepada orang-orang yang senantiasa menyayangi dan mencintai kita.

Nabi Muhammad SAW pernah memberikan statemennya dalam kitab Bin Hajjul Mutta'allin,

"Tanda-tanda kecelakaan itu ada empat, 1. Tidak mengingat dosa-dosa yang lalu, padahal dosa-dosa itu tersimpan disisi Allah SWT  2. Menyebut-nyebut kebaikan yang telah diperbuat, padahal siapapun tidak tahu apakah kebaikan itu diterima atau ditolak. 3. Memandang kepada orang yang lebih unggul dalam urusan properti. 4. Memandang kepada orang yang lebih rendah dalam soal agama. Allah SWT berfirman: "Aku menghendaki dia, sedang dia tidak menghendaki Aku, maka dia Aku tinggalkan."

Dalam interaksi sosial kita akan menghadapi segala problematika kehidupan, suatu ketika kita akan dihadapkan pada hal-hal yang bersifat kruasial.

Namun Allah SWT yang Maha Bijaksana tidak menghendaki hamba-hamba-Nya terjerumus pada kesesatan.

Penulis merayakan tahun baru Islam dengan melaksanakan program rihlah keluarga di tempat destinasi wisata Pasir Putih dengan mengantarkan anak mandi di pantai dan bakar ikan Karapo bersama keluarga besar, sehingga penulis membuat mereka tersenyum, namun sebelumnya menjenguk orang sakit di RSU Abdoerrahem Situbondo sesuai dengan sabda nabi Muhammad SAW ,

"Sebaik-baiknya manusia yang bermanfaat dengan orang lain."

Setelah itu, ada ibu-ibu menghampiri penulis untuk minta tolong mengurus administrasi BPJS yang diberikan oleh Pemerintah. Penulis mencoba membantunya menguruskan administrasi di ruang pendaftaran namun ada hal yang kurang yaitu foto copy kartu keluarga. Alhamdulillah, penulis bisa menyelesaikan dan membantu ibu itu, karena dia tidak mempunyai kemampuan untuk mengurusnya. Sehingga membuatnya tersenyum. Alhamdulillah, tahun baru hijriah penulis awali dengan membuat orang lain tersenyum.

Oleh karena itu, jika kita mempunyai kemampuan untuk membantu orang lain, maka segeralah berarti kita dibutuhkan orang lain, sebagaimana sabda nabi Muhammad saw,

"Sebaik-baiknya manusia adalah memenuhi kebutuhan orang lain."

Tahun baru bukanlah tahun hura-hura dan foya-foya seperti halnya perayaan tahun baru Masehi, akan tetapi tahun baru tahu muhasabah (evaluasi diri). Sebagaimana sabda nabi Muhammad saw 

" Orang yang cerdas adalah orang yang mengevaluasi dirinya sendiri dan berbuat baik untuk kehidupan sesudah mati. Sedangkan orang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah.

Ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dengan adannya penanggalan dan tahun baru Islam.

Pertama, kreatifitas. Ditetapkannya tahun baru Hijriyah di masa pemerintahan Umar bin Khotthab bukti bahwa para sahabat memiliki kreatifitas dan produktifitas yang belum pernah dilakukan oleh Rasullullah. Artinya tidak semua bentuk kreatifitas dilarang dan ditolak oleh Islam.

Kedua, kemandirian. Kebijakan yang di lakukan oleh sahabat untuk membuat penanggalan sendiri sebagai bentuk kemandirian, tidak selalu membebek kepada budaya dan bangsa lain.

Ketiga, kebersamaan. Di bentuknya penanggalan Islam oleh sahabat sebagai bentuk komitmennya terhadap kebersamaan. Islam menjadi agama besar karena bermula dari kebersamaan. 

Oleh karenanya, apapun yang kita kelola baik itu institusi pendidikan, sosial dan institusi lain harus membudayakan kreatifitas, kemandirian, dan kebersamaan.


Bondowoso, 1 September 2019

Esensi Menyambut Tahun Baru Islam

Esensi Menyambut Tahun Baru Islam Oleh: Dr. Muhammad Saeful Kurniawan, S.Pd., M.Pd.I Masa Rasulullah saw Islam hanya memi...